Pemilihan Gubernur Mahasiswa: Esensi atau Eksistensi

0 Komentar

Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat atau dalam bahasa Inggris “from people, for people, and by people”. Makna dari pendapat Abraham Lincoln mengenai demokrasi adalah suatu pemerintahan yang terdapat dalam suatu Negara dipegang oleh rakyat atau dengan kata lain kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Kebijakan dibuat dari rakyat atau didasarkan kepada situasi dan kondisi rakyat yang tujuannya nanti kembali kepada rakyat itu sendiri. Ketika kita bicara dalam konteks dunia kampus terlebih dalam kontestasi PILGUBMA atau sering kita sebut sebagai Pemilihan Gubernur Mahasiswa maka penafsiran dari pernyataan Abraham Lincoln itu kedaulatan tertinggi berada di tangan mahasiswa umum, dimana kebijakan dibuat dari mahasiswa umum didasarkan kepada situasi dan kondisi mahasiswa umum yang tujuannya nanti akan kembali kepada mahasiswa umum pula.
Perilaku memilih pemimpin setidaknya berbekal beberapa pertimbangan yang mendasar. Satu diantaranya adalah track record selama menjadi mahasiswa baik di bidang akademik , kepemimpinan maupun tingkat religiusitas , khususnya keberpihakan mereka terhadap cita cita mahasiswa. Tidak bisa memilih hanya mempertimbangkan hal hal yang sesaat yang berbau penciteraan. Pertimbangan kedua adalah visi dan misi yang ditancamkan dan bagaimana proses mencapai keduanya dengan pentahapan yang jelas dan dapat diukur.
Pertimbangan yang terakhir adalah Memiliki moral yang bagus atau akhlakul kharimah, tidak atau belum pernah memiliki cacat moral.
Permasalahan
Ketika kita bicara soal demokrasi kampus, banyak permasalahan yang dapat kita lihat dalam realita kehidupan kampus sehari hari. Salah satunya yaitu apatisme mahasiswa, hal ini dapat dilihat dari antusiasme mahasiswa dalam memberikan suaranya untuk memilih nahkoda baru BEM Fakultas Geografi. Data yang diperoleh Komisi Pemilihan Umum Mahasiwa Fakultas Geografi dari total 1000 mahasiswa lebih yang memberikan suaranya hanya sekitar 350an mahasiswa atau 35 %. Angka tersebut bahkan tidak mencapai setengah dari jumlah seluruh total mahasiswa Fakultas Geografi. Maka perlunya pendidikan politik kampus yang seharusnya dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan itu sendiri.
Ini juga salah satu PR atau pekerjaan rumah dari gubernur terpilih nanti. Apakah hanya sekedar eksistensi atau memang ada esensi dari apa yang dibicarakan ketika debat atau saat kampanye yang ingin diwujudkan. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi : “Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancuran. Waktu itu ada seorang sahabat bertanya: apa indikasi menyia-nyiakan amanah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhori). Tentu ini menarik untuk kita kaji bersama – sama untuk mewujudkan demokrasi kampus yang sesungguhnya.

0 Komentar