“Dalam Pelatihan tersebut juga terdapat praktek lapangan SAR air yang memang disiapkan untuk siaga bencana banjir, hanya saja dalam operasional untuk pelaksanaan teknis lapangan siaga bencana banjir, kami belum memiliki sarana perlengkapan perahu karet,” sambungnya.
Dia sangat berharap bencana banjir yang terjadi tiap tahunnya ini dapat dievaluasi bersama dan dilakukan pemetaan wilayah yang memang tercatatan rawan banjir, agar dapat ditemukannya titik solusi untuk penanggulangan bencana banjir di Karawang.
Sementara, Ana Rahmat, Mitra Aksi Cepat Tanggap BPBD Karawang mangatakan, banjir yang terjadi merupakan luapan dari DAS Cibeet dan Citarum, ditambah lagi desa yang terkena banjir berbentuk delta atau cekungan. Kondisi cuaca di Karawang sebetulnya tidak menentukan terjadinya banjir, karena sebetulnya banjir terjadi karena aliran hulu DAS yang berada di Bogor ataupun Bandung. Maka, walau pun di Karawang tidak hujan, namun kemungkinan akan terjadinya banjir tetap harus diwaspadai karena pada dasarnya luapan dari DAS Citarum dan Cibeet lah yang mengakibatkan banjir.
“Kehadiran rekan-rekan dari Mapalaska sangat membantu dalam kondisi seperti ini, apalagi dengan ilmu yang sudah dimiliki oleh setiap individunya, teori dan praktek yang sudah dipelajari dalam pelatihan kebencanaan dapat diterapkan pada kondisi bencana yang terjadi saat ini,” kata Ana Rahmat.
Apalagi, lanjut dia, dengan rekan-rekan Mapalaska yang memang siap terjun ke lapangan bersama BPBD dalam proses penanganan korban dan Pengelolaan Posko Induk.
“Kami berharap Mapalaska dapat terus berperan aktif dalam kegiatan aksi cepat tanggap bencana dan juga dapat berkolaborasi dengan personel BPBD dalam hal aksi cepat tanggap bencana,”cetusnya. (aef/ded)