KALIJATI-Menikmati makanan khas, apalagi yang keberadaannya sudah langka memang banyak diburu oleh berbagai kalangan masyarakat, salahsatunya adalah Bubur Doblang.
Berangkat dari situ, pebisnis kuliner asal Desa Kalijati Timur, Sri Mulyani mencoba peruntungannya dengan membuat kembali makanan khas yang sudah langka, yaitu bubur Oblang, atau masyarakat Kalijati lebih akrab dengan istilah Bubur Doblang.
Bubur Doblang adalah makanan olahan dari beras ketan yang dibuat menjadi bubur, dan dicampur dengan daging durian dan gula merah, rasanya sudah terbayang, manis, gurih, bercampur dengan citrarasa durian yang khas.
“Awalnya saya mencoba mempopulerkan kembali makanan yang dulu sempat dianggap sebagai makanan menak. Sebab hanya bisa dinikmati sekali dalam satu tahun, yaitu ketika musim durian saja, karena keberadaannya sudah langka,” jelasnya.
Mendapati respon baik dari konsumennya Sri akhirnya menjadikan bubur doblang ini menjadi menu andalan di warungnya, yaitu warung NT, yang letaknya pinggir jalan raya Kalijati – Subang, Desa Kalijati Timur.
Saat ini dia memastikan bahwa Bubur Doblang di warungnya akan selalu sedia setiap harinya, tidak selalu menunggu musim durian tiba seperti saat dulu waktu Sri masih kecil, sebab dia mengaku sudah punya stok tersendiri untuk durian agar sedia setiap hari.
“Waktu zaman saya masih anak-anak, kami sekeluarga jika mau menikmati bubur doblang harus menunggu musim durian, itu juga yang bisa mendapatkan buah durian hanya kalangan tertentu, makanya dikenal dengan istilah makanan menak. Namun sekarang, setelah menjadi menu utama di warung, saya memastikan kapan saja masyarakat bisa menikmati bubur doblang tanpa harus menunggu musim buah durian,” tambahnya.
Apalagi dengan harga yang cukup terjangkau, untuk satu porsi bubur doblang pembeli cukup mengeluarkan kocek Rp 10.000 hingga Rp 15.000 saja.
“Soal harga pasti terjangkau oleh setiap kalangan, harga minimalis rasa fantastis,’ tuturnya.
Salah satu pelanggan Bubur Foblang buatan Sri, Yatsu mengungkapkan bahwa menikmati Bubur Doblang buatan Sri sama seperti bernostalgia saat dirinya masih kecil dulu.
“Gak nyangka bisa nemu lagi bubur doblang, terakhir menikmati bubur doblang seingat saya waktu dulu zaman saya masih TK, kalau gak salah, sekarang baru nemu lagi,” pungkasnya. (idr/dan)