Layaknya Sidang Skripsi Calon Sarjana
PURWAKARTA-SMA-MA Al-Muhajirin menggelar sidang esai untuk santri kelas 3, Selasa (7/1). Sidang ini diikuti sebanyak 152 peserta dari SMA dan MA. Esai yang ditulis santri mengusung tema integrasi ilmu dengan spesifikasi jurusan Bahasa, MIPA, IPS, dan Agama. Referensi yang digunakan, juga harus dibuktikan kevalidannya atau berdasarkan studi kasus masing-masing santri.
Esai santri Al-Muhajirin, merupakan output dari mata pelajaran ‘Menulis Kreatif’ yang nantinya akan dicetak menjadi buku.
ebelum mengikuti sidang, para santri diwajibkan mendapat persetujuan dari guru pembimbing yang menyertai santri dalam penyusunan esai. Proses bimbingan itu memakan waktu selama tiga bulan dan melibatkan sebanyak 25 guru pembimbing.
Selain itu, proses bimbingan tak jarang dilakukan dengan cara diskusi dan menyamakan persepsi antara guru pembimbing dan santri. Ke-25 guru tersebut dipilih berdasarkan pengalaman empiris dalam menulis esai.
Pada akhirnya, guru-guru tersebut menjadi tutor sekaligus teman menulis selama kurun waktu tiga bulan tersebut. Singkatnya, proses bimbingan itu kurang lebih tidak jauh berbeda dengan mahasiswa tingkat akhir yang sedang menulis skripsi.
Kepala Sekolah SMA-MA Al-Muhajirin KH R Marpu Muhiddin Ilyas MA menyebutkan, sidang esai ini diselenggarakan sebagai wujud pesantren buku. Selain itu juga, sidang esai merupakan langkah sekolah dalam mendidik kepekaan literasi dan penguatan kompetensi menulis bagi santri-santrinya.
“Mengingat, santri diarahkan dan dibimbing langsung agar memiliki keterampilan menulis dan memiliki kecakapan berbicara karena pada saat sidang berlangsung, santri mempresentasikan esai di hadapan para penguji,” kata KH Marpu saat ditemui di Al-Muhajirin Purwakarta, Rabu (8/1).
Penguji tersebut, sambungnya, terdiri dari 15 guru yang juga dipilih berdasarkan dari rekomendasi kepala sekolah. “Sidang esai ini menjadi salah satu syarat kelulusan santri Al Muhajirin. Dengan harapan setelah lulus dari sekolah nanti, para santri memiliki kecakapan menulis dan menyampaikan pendapat mengenai isu-isu kontemporer yang bermanfaat bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang,” ujarnya.
Dijelaskannya, semangat santri menulis esai memang suatu ikhtiar yang baik. Selain usaha untuk melatih dan membekali santri memetakan dan mengungkapkan sudut pandangnya, juga dapat melatih kepekaan santri terhadap sekitar. “Sebab, santri melakukan studi kasus terlebih dahulu untuk menentukan sebuah pokok bahasan guna memecahkan suatu masalah. Sehingga, hasil dari esai tersebut bisa bermanfaat,” ucapnya.(add/vry)