Tetap saja saya tidak paham.
Kritik keras yang lain terhadap sistem ruwet cost recovery adalah: besarnya uang yang dikeluarkan pemerintah. Yang dipotongkan dari bagi hasil minyak.
Itu karena biaya apa pun yang terkait dengan pengeboran harus diganti. Termasuk biaya pulang untuk libur akhir pekan –yang pulangnya itu ke luar negeri.
Dengan sistem gross split semua keruwetan itu hilang. Pokoknya, wahai investor, silakan gali sumur migas. Tanggung sendiri semua biayanya. Kalau berhasil kalian akan mendapat bagian –lebih banyak dari pada sistem recovery.
Kalau gagal ya itulah resiko bisnis. Tanggung sendiri.
Di sistem cost recovery, semua biaya itu tetap ditanggung investor. Tapi sifatnya talangan. Kelak semua biaya itu ditagihkan ke pemerintah —ke BP-Migas.
Setelah itu hasil migasnya dibagi –investor mendapat bagian lebih kecil dibanding sistem gross split.
Hasil akhirnya sebenarnya sama.
Keuntungan gross split bagi investor jelas: urusan administrasinya sederhana.
Sedang keuntungan bagi pemerintah jelas: memangkas birokrasi –termasuk menghilangkan korupsi sejak dari sumbernya.
Tapi, di dunia bisnis, yang ideal belum tentu bisa jalan. Buktinya sistem gross split itu tidak membuat investor tertarik. Masa return on invesment-nya terlalu panjang.
Kecuali, mungkin, dilakukan perbaikan. Sistem bagi hasil di gross split-nya dibuat berjenjang.
Misalnya bagi hasil lima tahun pertama sangat besar. Lima tahun kedua mengecil. Dan seterusnya.
Memang ada juga yang mau gross split, tapi umumnya yang kategori perpanjangan ijin. Bukan yang menggali sumur minyak baru.
Sistem gross split bisa dibilang gagal.
Baik juga.
Kita pernah mencoba sistem gross split. Agar pengritik sistem cost recovery tidak lagi ngotot-ngotot.
Kini silakan pilih menu. Mau gross split silakan. Mau cost recovery ok.
Kapan sistem “pilih menu” itu mulai berlaku?
Belum diumumkan. Tentu tidak boleh lagi balik ke sistem cost recovery zaman BP-Migas. Harus ada perbaikan. Harus dibuang dulu lemak dan kolesterolnya. Dan itulah yang sedang dilakukan di Kementerian ESDM sekarang ini.
Dengan sistem menu itu bisakah produksi minyak mentah kita naik –dan mencapai 1 juta barel?