Oleh: Reni Tresnawati (Pemerhati Generasi)
Setelah presiden kedua ( Soeharto) lengser, setelah kurang lebih 32 tahun memimpin Indonesia. Sejak itu setiap pemilihan pemimpin, calon presiden (capres) dan wakil preside (cawapres) berkampanye ke seluruh rakyat, meminta untuk di pilih. Untuk menarik perhatian dan simpati rakyat, calon pemimpin berlomba-lomba memberikan janji-janji dan harapan-harapan kepada rakyat. Untuk itu dana yang dikeluarkan untuk kampanye bukan dana yang sedikit. Mereka rela menjual kekayaan yang dia miliki dan berani berhutang kesana-kemari tak peduli uang yang dipinjam itu halal atau haram yang penting bisa memenuhi target untuk kampanye. Menghalalkan segala cara. Dengan harapan jika dipilih dana yang sudah digelontorkan untuk kepentingan kampanye akan terbayar lunas, karena menjadi seorang pemimpin sangat menjanjikan mendapatkan penghasilan yang besar.
Namun akhir-akhir ini setiap Pemilihan Umum (Pemilu) dalam mengangkat seorang pemimpin mengalami berbagai kendala. Kisruh Pemilu 2019 contohnya. Penyelenggaraan Pemilu 2019 secara serentak di sejumlah daerah mengalami kendala, mulai dari distribusi logistik, kekurangan surat suara hingga surat suara yang sudah tercoblos. Kasus pertama terjadi di Kabupaten Timur Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketua KPU TUU, Paulinus Veka mengatakan ada kekurangan surat suara untuk surat suara preside dan anggota DPRD Kabupaten untuk daerah pemilihan. ” Waktu memang sudah tinggal satu hari lagi, tetapi kami hanya bisa menunggu pengiriman logistik pengganti dari KPU RI “, kata Paulus seperti dilansir Antara, 15 April 2019.
Selain itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) terus melakukan pendataan terkait jumlah petugas KPPS yang tumbang dan sakit saat bertugas pada 17 April 2019. ” Data yang di update pada senin 22/4/2019, pukul 16.15 wib menunjukkan 90 orang petugas meninggal, kemudian 37 orang sakit dan penyebabnya bervariasi “, ungkap ketua KPU Arif Budiman di Kantor KPU Menteng Jakarta Pusat.
Laporan KPU memperlihatkan faktor kelelahan menjadi penyebab yang paling besar, petugas sakit. Selain itu, beberapa petugas mengalami typus dan stoke. Seperti dikutip kumparanNEW, 22 April 2019.
Pemilihan pemimpin dalam demokrasi menerapkan aturan buatan manusia. Maka dari itu sering terjadi perselisihan, perdebatan, dan perebutan kekuasaan, karena mereka menganggap aturan mereka yang paling benar.