Tapi berkembangnya wabah virus corona membuat Tencent memberikan pesan tahun baru yang berbeda: hati-hati, jangan sampai terkena virus itu.
Itulah virus yang awalnya ditemukan di Kota Wuhan. Akhir Desember lalu.
Wuhan adalah kota terbesar di Tiongkok tengah. Penduduknya 11 juta jiwa. Sebesar Kota Jakarta. Dulu saya sering ke kota ini. Selalu tinggal di hotel di pinggir sungai Chang Jiang (Yangtze) –yang terpanjang di Tiongkok.
Kian hari kian banyak orang yang terkena virus ini. Yang menyerang sistem pernafasan. Mulailah pemerintah waspada. Kok gejalanya mirip wabah SARS. Yang melanda Tiongkok 18 tahun yang lalu. Yang membuat ekonomi seperti terhenti sama sekali.
Sampai kemarin tercatat sudah 17 orang meninggal dunia. Lebih 500 orang masih harus dirawat di rumah sakit.
Muncul juga penderita di Hongkong. Di Taiwan. Di Jepang. Di Thailand. Di Korsel. Di Amerika Serikat. Semua penderitanya adalah orang yang baru pulang dari kunjungan ke Wuhan.
Maka fokus menelitian diarahkan ke kota Wuhan. Ditemukanlah fakta: penderita terbanyak memang orang Wuhan.
Lalu diteliti lebih fokus lagi: penderita itu umumnya adalah orang yang pernah pergi ke salah satu pasar ikan di kota itu.
Pasar ikan itu pun ditutup. Dipasangi pita kuning polisi di sekelilingnya. Ditemukanlah: tidak hanya ikan yang dijual di situ. Juga berbagai macam binatang. Mulai kelelawar sampai ular. Termasuk cebong besar dan kampret dewasa.
Di Tiongkok memang terkenal istilah ini: semua yang berkaki dimakan –kecuali meja-kursi; semua yang melata dimakan kecuali kereta api; semua yang terbang dimakan kecuali pesawat.
Dari berbagai binatang itu dua yang dicurigai sebagai sumber virus: kelelawar dan ular.
Kelelawarnya jenis pemakan buah. Ularnya jenis kobra.
Ilmuwan dari berbagai negara sampai pada kesimpulan itu: kelelawar atau ular.
Pertanyaan berikutnya –dan ini yang mengkhawatirkan– mengapa tenaga-tenaga medis di rumah sakit Wuhan juga terkena sakit yang sama. Jumlah tenaga medis yang tertular sampai 15 orang.
Kesimpulannya: virus corona itu sudah bisa menjalar dari manusia ke manusia.
Itu yang membuat semua negara waspada. Di bandara Hongkong semua penumpang di ‘tembak’ laser di dahi mereka –untuk mengetahui suhu badan mereka.