LEMBANG-Kementerian Tenaga Kerja melalui Dirjen Pembinaan dan Pelatihan Produktuvitas (Binalattas) Balai Latihan Kerja (BLK) Lembang menggelar pelatihan berbasis kompetensi gelombang I pada tahun 2020.
Kepala Seksi Penyelenggaraan dan pemberdayaan, Iman Riswandi mengatakan pelatihan berbasis kompetensi merupakan pendekatan pelatihan yang lebih spesifik dan terukur, sehingga diharapkan para peserta pelatihan akan menjadi terampil dan mahir serta menguasai bidang yang dipilihnya.
Pada gelombang I tahun 2020, peserta pelatihan yang mendaftar sebanyak 1031 orang, namun yang lulus seleksi adalah sebanyak 144 orang. “Lulusan dari pelatihan akan mendapatkan sertifikat, yang diuji oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) BLK Lembang yang diregistrasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dan dalam melaksanakan kegiatanya LSP BLK Lembang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI),” katanya.
Menurutnya, peserta pelatihan ada yang full menginap (Boarding) selama 16 hari di BLK Lembang dan peserta yang tidak menginap (Non Boarding) dengan jumlah hari yang sama. “Peserta pelatihan ada yang menginap (boarding) siswa full menginap selama 16 hari dan berlatih selama 140 Jam Pelatihan (JP), disediakan akomodasi, seragam, makan dan minum ditanggung. Sementara ada juga yang tidak menginap (non boarding) tetap berlatih selama 16 hari, fasilitas lainya sama hanya tidak disediakan mess penginpan, karena mereka pulang pergi,” katanya.
Sementara itu, untuk melayani masyarakat yang tidak mengikuti pelatihan boarding maupun non boarding, BLK Lembang berinovasi melalui program pelatihan mobile training unit, ini adalah pelatihan non instutisional yang dilaksanakan diluar kantor BLK Lembang yang menjangkau sampai ke plosok desa, daerah terpencil maupun daerah perbatasan.
“Tim dari BLK Lembang yang datang ke masyarakat yang ingin melakukan pelatihan di wilayahnya, atas usulan Disnaker setempat,” tambahnya.
Kelebihan dari mobile training unit adalah, lulusanya akan diberikan insentif Work Place atau stimulan modal dalam bentuk kebutuhan sarana untuk mengaplikasikan hasil pelatihan. “Misalnya pelatihan budidaya ikan, nah, pada program mobil training unit, kami (BLK) menyiapkan, instruktur dan materi pelatihan sementara di daerah menyiapkan siswa, ruangan kelas dan tempat praktek. Diakhir pelatihan akan di berikan work place, misalkan jika platihan budidaya ikan maka akan diberi benih ikan, obatnya dan kebutuhan lainya, nah ini yang membedakan dengan pelatihan lain,” bebernya.