Bebas. Merdeka.
Tapi, kata Nadiem, pemerintah akan mengontrolnya dengan ketat. Misalnya lewat pengaduan masyarakat. Kok mutu perguruan tinggi itu tidak cocok dengan kategori akreditasinya.
Atau lewat data alumninya. Kok banyak alumni yang jadi pengangguran. Padahal akreditasinya A.
Semacam itu.
Kini semua universitas juga diberi kemerdekaan membuka jurusan apa saja. Asal sudah memiliki kontrak kerjasama dengan 100 perguruan tinggi tingkat dunia. Atau lembaga tingkat dunia seperti Asian Development Bank, Bank Dunia, IMF, Unesco dan seterusnya.
Bahkan cukup kalau ada kerjasama dengan perusahaan kelas dunia dan BUMN/BUMN.
Kerjasama itu harus dibuktikan dengan terjadinya penyusunan kurikulum bersama, pemagangan dan lapangan kerja.
Yang juga menarik perhatian saya adalah sosok Nadiem Makarim sendiri.
Dalam paparan itu pakaian Nadiem rapi jali. Bajunya lengan panjang. Diseterika licin.
Tidak lagi ‘mbois’ seperti saat pelantikan rektor Universitas Indonesia yang heboh itu.
Hari itu saya lihat Nadiem juga mengenakan ‘simbol/pin menteri’ di bajunya bagian dada. Ia kelihatan tampil lebih formal.
Dalam hal pin ini saya juga kalah. Selama tiga tahun menjadi sesuatu dulu saya tidak pernah sekali pun mengenakan simbol/pin menteri.
Pernah satu kali saya ingin memakainya, tapi gagal –saya cari tidak ketemu. (*)