Mengais Rejeki dari Kerasnya Bongkahan Batu Gunung Aseupan

0 Komentar

Caranya pun terbilang unik. Saat bongkahan batu itu diturunkan dari gunung, masih berbentuk bulat. Biasanya, truk-truk pengangkut batu gunung milik perusahaan pemegang izin tambang mengangkutnya untuk selanjutnya dibelah oleh para buruh belah baru. Tatah kecil itu dipakukan dengan dipukul diatas batu besar. Alurnya mengikuti garis-garis belah atau urat batu, yang hanya diketahui oleh buruh yang piawai melakukannya.

“Jika garis belah ini sudah ditatah dengan martil pemukul dan tatah, batu sebesar apapun akan retak sesuai garis belahnya. Jika garis belah batu tertutup abu, maka si buruh lalu meniupnya dengan selang kecil menggunakan mulutnya,” paparnya.
Terlihatnya memang asyik. Tapi jangan kira ini pekerjaan ringan. Sebab, terkadang panas terik yang menyengat dan hanya peneduh seadanya yang dibuat siburuh unguk sekedar mencari peneduh buatan.

Langkah selanjutnya, barulah kelompok pembelah lanjutan yang terdiri dari para buruh lain yang memegang martir besar melakukan pembelahan lanjutan, guna membelah batu sesuai ukuran pasar yang dibutuhkan.

Buruh pemegang martil besar ini yang berotot kuat berkulit gelap. Dengan peluh bercucuran di badanya bertindak sebagai eksekutor untuk finishing, hingga batu siap dijual ke pasaran.

“Memang ada pembelahan batu yang menggunakan mesin, akan tetapi itu bisanya dilakukan pemilik izin tambang yang pengoperasian mesinya berada jauh di atas gunung,” ungkapnya.

Kini, seiring meningkatnya sejumlah proyek pelabuhan, kereta api cepat, serta lanjutan pembangunan jalan tol di Pulau Jawa dan sekitarnya, lalu lalang truk trontonpun tak pernah terhenti.

Jangan heran, meski ada di kaki gunung aktivitas perputaran transaksi batu belah atau jenis lain, tak pernah henti.(dyt/vry)

Laman:

1 2
0 Komentar