Habiskan Anggaran 11 Miliar, Jembatan Cijunti Dibiarkan Ambrol

0 Komentar

SUBANG-Jembatan Cijunti yang terletak di perbatasan Subang dan Purwakarta dibiarkan ambrol. Meski pembangunannya sudah lebih dari tiga tahun dengan menghabiskan anggaran Rp11 miliar, namun tak kunjung selesai.
Jembatan yang berada di Desa Balebandung Jaya Kecamatan Pabuaran itu, tembus menuju Desa Cijunti Kecamatan Cempaka Kabupaten Purwakarta. Kondisinya sudah beberapa tahun ini dibiarkan seperti ambrol begitu saja.
Akhirnya warga pun mengalami kesulitan akses. Untuk akses sementara, warga pun harus bergotongroyong membuat jembatan darurat, dengan besi pemancang sisa-sisa patahan.
Salah seorang warga Desa Balebandung, Naji (42) mengatakan bahwa dirinya dengan suka rela mengatur lalu lintas kendaraan yang hendak melewati jembatan, lantaran jembatan ini sudah banyak memakan korban.
“Baru tiga hari lalu tukang tahu yang pakai motor jatuh kehilangan kendali, kayanya waktu lewat jembatan darurat. Saya akhirnya suka rela saja atur kendaraan yang lewat ke sini,” jelasnya saat ditemui di jembatan Cijunti Selasa, (11/2).
Dia menjelaskan jembatan merupakan objek vital dan akses bagi masyarakat. Selain buruh pabrik, petani, pedagang, bahkan ibu rumah tangga yang hendak pergi belanja dari Desa Balebandung menuju pasar induk Cikampek, harus melewat jembatan tersebut. Pasalnya, jika harus melewati pasar Cipeundeuy, akan memakan banyak waktu hingga dua jam bahkan lebih.
“Iya vital lah, ini akses tercepat masyarakat sini. Kalau harus via pasar Cipeundeuy, melewati Desa Siluman Pabuaran untuk ke Purwakarta, bisa dua jam bahkan lebih. Kalau mau ke Subang saja warga kebanyakan milih lewat sini, tembus Cibatu, paling hanya 30 menit,” tambahnya.
Sekdes Balebandung Jaya, Judin menjelaskan secara kewilayahan jembatan tersebut masuk ke area Purwakarta. Pasalnya, batas antara Subang dan Purwakarta ada di sebelum jembatan jika arah dari Subang.
Ia mengaku memiliki harapan yang sama dengan masyarakat, agar jembatan tersebut segera diselesaikan. Sebab, jembatan tersebut belum pernah selesai. “Kasian lah masyarakat, para pengrajin mebeul, kursi, sofa, lemari, yang dari Desa Siluman kesusahan kalau mau kirim ke Jakarta, Tangerang dan sekitarnya, harus keliling jalannya,” ungkap Judin.

0 Komentar