Pada 2019, Pemprov Jabar mencanangkan perubahan kawasan Waduk Jatiluhur. Salah satu yang akan disentuh dalam penataan kawasan ini adalah area bisnis dan optimalisasi aset. “Saya mengusulkan ke Gubenur Jabar untuk bersama-sama menata Kawasan Waduk Jatiluhur meliputi Kawasan Istora dan Pantai Timur Waduk Jatiluhur serta kawasan UMKM di sekitar waduk,” ujarnya.
Pada Tahun 2019, waduk ini menjadi salah satu objek penting dan berhasil menjadi sejarah event-event bertaraf internasional yang diselenggarakan Jasa Tirta II. “Di antaranya seperti The 1st Jatiluhur Stand Up Paddle & Kayak Exhibition, The 1st Jatiluhur 5k Fun Run & Walk, dan The 1st International Jatiluhur Jazz Festival,” kata U. Saefudin Noer.
Sejak awal berdiri, Jasa Tirta II diberi tugas strategis untuk menyokong ketahanan pangan di Jawa Barat bagian Utara. Di mana 90 persen air Waduk Ir H Djuanda digunakan untuk mengairi kawasan pertanian di Jawa Barat. “Yakni seluas lebih dari 240.000 hektare yang merupakan salah satu lumbung padi nasional. Dengan hasil panen rata-rata 5,5 ton per hektare dalam dua musim tanam dengan asumsi rata-rata produksi padi 3,1 juta ton per tahun,” ujarnya.
Bila dimonetisasi, kata dia, sumbangsih Jasa Tirta II untuk ketahanan pangan mencapai triliunan rupiah per tahunnya.
Jasa Tirta II juga melaksanakan tugas strategis untuk memenuhi kebutuhan 80 persen air baku DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara dan air baku untuk kawasan Bekasi, Karawang, Subang, dan Purwakarta tercukupi 100 persen.
Menyadari manfaatnya yang besar untuk negeri ini, Saefudin Noer melihat Jasa Tirta II perlu meningkatkan kinerja perusahaan dengan mencanangkan transformasi di berbagai aspek.
Transformasi dilakukan dengan melihat sumber daya perusahaan serta potensi pengelolaan waduk, bendungan dan waduk, bendungan dan saluran, sungai dan wilayah sungai. Dasar transformasi tak lepas dari triple bottom line dan bagaimana korporasi yang ideal berjalan dengan konsep people, planet dan profit.
“Fokus transformasi Jasa Tirta II mencakup people and corporate culture, proses bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, area bisnis baru, dan optimalisasi aset,” kata Saefudin Noer.