Setiba di Jakarta barulah ia bergerak: mengurus kartu ponselnya. Anda pun sudah tahu ceritanya: ternyata ada orang yang datang ke kantor Indosat di Bintaro Jakarta.
Orang itu datang jam 9 malam. Tepat ketika kantor sudah akan tutup. Sesuai dengan rekaman CCTV orang itu masuk pintu lalu duduk di kursi tunggu. Petugas konter terlihat masih melayani orang lain. Tiga menit kemudian giliran ia bangkit dari kursi. Ia mengaku bernama Ilham Bintang. Lalu menyerahkan KTP ”Ilham Bintang”.
Saat itulah ”Ilham Bintang” palsu minta penggantian kartu ponsel atas namanya. Prosesnya tidak lama. Kurang dari lima menit selesai.
Dengan kartu baru itulah Ilham Bintang palsu menguras uang milik Ilham Bintang asli.
Dari penelusuran Ilham itu akhirnya ia mendapat tahu: petugas konter tidak melakukan prosedur yang seharusnya. Bahkan tidak ada formulir pergantian kartu yang diisi secara semestinya.
Pun petugas konter itu sendiri ternyata hanya berstatus tenaga outsourcing.
Polisi boleh dibilang hebat di kasus ini: komplotan itu berhasil digulung. Lima orang. Lengkap dengan sindikat pemalsu KTP. Bahkan mereka bisa mendapat data pribadi Ilham Bintang dari orang dalam OJK.
Ilham semangat sekali menelusuri kejadian ini. Terutama karena ini: ternyata banyak sekali yang nasibnya kurang lebih sama. Ia tidak lagi memerankan diri hanya sebagai pribadi pelanggan Indosat. Tapi sudah merasa mewakili perasaan umum.
Pihak Indosat sudah mengatakan akan mengganti uang Ilham yang hilang. Bahkan sudah mengisyaratkan lebih dari itu: memberikan semacam ganti materi untuk kerugian nonmateri.
Tapi Ilham tidak terlalu tergiur. Apalagi kalau disyaratkan harus mencabut pengaduan. Muncullah jiwa ”wartawan pejuang” di Ilham. Ia ingin apa yang menimpa dirinya tidak menimpa orang banyak.
Karena itu Ilham kini mempelajari berbagai peraturan perundangan di bidang telekomunikasi. Ia melihat begitu banyak lubang yang bisa merugikan masyarakat.
Ia masih akan melakukan berbagai langkah ke depan. Demi orang banyak itu.
Langkah apa?
“Nantilah kita ngobrol lagi,” ujar Ilham.
Tentu saya senang menunggu obrolan lanjutan itu. Meski akan lebih senang bila bisa mengobrol soal pencurian produk nuklir menggemaskan itu.