Oleh: Dahlan Iskan
Sejak lama saya ingin bertemu Prof. Yudian Wahyudi. Tapi tidak pernah ada kesempatan. Tapi keinginan itu meningkat bulan lalu. Saya pun mengirim e-mail kepada beliau.
Tidak terjawab.
Mungkin alamat e-mail yang saya dapat salah. Atau sudah ganti. Saya hanya mendapatkannya dari internet. Tapi saya tidak terlalu ngotot harus segera bertemu. Saya yakin suatu saat pasti bisa bertemu beliau.
Kalau saja e-mail itu terjawab saya akan menemui beliau. Yang akan banyak saya tanyakan adalah soal tasawuf. Yakni filsafat tarekat yang diajarkan beliau: Tarekat Sunan Anbiya.
Di akhir e-mail itu saya menyertakan nomor ponsel saya. Siapa tahu hendak dijawab via WA.
Saya tertarik dengan aliran tarekat yang beliau ajarkan itu. Kok saya belum pernah mendengarnya. Saya lihat di daftar aliran tarekat muktabarah: tidak tercatat di situ.
Berarti pengetahuan saya tentang aliran-aliran tarekat masih sangat terbatas. Karena itu saya ingin tahu banyak tentang aliran itu.
Terutama tentang misi aliran ini: ingin mempersatukan hati umat Islam. Kata ‘Sunan’ adalah bentuk jamak dari ‘sunnah’. Kata ‘Anbiya’ berarti para nabi.
Aliran Sunan Anbiya ingin mengajarkan ajaran para nabi –bukan hanya Muhammad. Dengan demikian dunia bisa lebih damai. “Saya ingin menghadirkan surga di dunia ini sebelum surga di akhirat nanti,” ujar Prof. Yudian suatu saat.
Ingatan saya akan Prof. Yudian memang timbul tenggelam. Terutama tenggelam oleh kesibukan –yang kadang-kadang sia-sia.
Ingatan itu muncul lagi ketika seorang teman mengirimkan kepada saya video pidato beliau. Yang lagi viral saat itu. Yakni pidato yang ‘ngrasani’ Mendiknas yang baru: Nadiem Makarim.
Gaya bicara beliau seperti bukan orang Jawa: tunjuk langsung. Terasa juga nada ‘saya ini profesor lho’. Bahkan profesor yang sudah melanglang buana. Termasuk pernah diminta mengajar di Harvard University, Boston.
Nadiem? Itu anak kemarin sore. Yang harus lebih banyak belajar tata krama. Terutama karena Nadiem adalah menteri pendidikan.
Yang beliau persoalkan adalah penampilan Nadiem yang seperti mahasiswa di Amerika yang lagi berangkat kuliah: baju-celana santai dengan memanggul ransel di pundak.