Tempat Pelelangan Ikan Terpantau Sepi
BLANAKAN-Cuaca ekstrem belakangan ini membuat nelayan di Pantura Subang kesulitan melaut. Penghasilan nelayan pun berkurang.
“Dari sisi pendapatan memang turun drastis, karena kondisi cuaca yang emang ekstrem,” ungkap Ketua DPD Persatuan Nelayan Tradisonal Indonesia (PNTI) Subang Ali Haerduin kepada Pasundan Ekspres, Jumat (21/2).
Dia mengatakan, ombak dan angin di laut sangat membahayakan keselamatan bagi para nelayan. Namun tetap masih ada nelayan yang melaut dengan kondisi seperti ini.
“Masih ada tapi seperti nelayan yang punya keberanian ekstra yang masih melaut, tapi memang angin di laut saat ini sebetulnya membahayakan,” ungkap Ali.
Terpantau di KUD Mina Fajar Sidik Blanakan, meski tidak seramai hari biasanya masih ada beberapa kapal nelayan yang melaut. Nelayan melelangkan hasil tangkapan di TPI Mina Fajar Sidik.
“KUD Mina Fajar Sidik yang masih produksi, yang total belum ada aktivitas lagi seperti di Patimban, Muara, Grinting juga Mayangan itu belum aktif lagi,” imbuhnya.
Namun diprediksi pada Maret-April cuaca akan kembali normal dan nelayan bisa beraktivitas seperti sediakala. Sebab, di musim-musim itu merupakan peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
“Jadi secara cuaca perkiraan, pertengahan Maret nanti bisa kembali normal atau paling tidak April sudah normal lagi,” ungkapnya.
Guna kepentingan organisasi kenelayanan, Ali menyebut PNTI saat ini telah terdaftar pada Kesbangpol Subang. Meskipun secara pusat sudah diakui keberadaanya, namun dalam etika berorganisasi di daerah Ali mendaftarkan PNTI agar aktivitas di Subang legal dan diakui keberadaanya.
“Kemarin kebetulan juga di bantu sama H. Karya sudah didaftarkan. Sebelumnya pas aman H. Karya ketuanya juga sudah coba diurus, kemarin juga dari Kabid Ormas sudah survey ke sekretariat kami,” ucapnya.
Ali berharap keberadaan PNTI bisa mewadahi aspirasi nelayan yang ada di Kabupaten Subang. Sebab di wilayah Pantura Subang juga masih berdiri TPI-TPI yang aktif melakukan kegiatan pelelangan ikan.(ygi/ysp)