Beberapa jam kemudian barulah saya mendengar apa yang dilakukan Kuwait. Yang hari itu salat Jumatnya juga ditiadakan –tapi perbedaan jam membuat Perlis menjadi yang pertama.
Covid-19 datang ke Kuwait agak telat: 24 Februari 2020.
Yang membawa masuk ke Kuwait adalah dua orang sekaligus. Yakni yang baru datang dari Iran. Yang satu orang Kuwait sendiri. Satunya lagi orang Arab Saudi yang tinggal di Kuwait yang juga baru datang dari Iran.
Setelah itu setiap hari muncullah penderita baru di Kuwait. Sampai hari Jumat lalu sudah mencapai lebih 100 orang.
Untuk Kuwait yang penduduknya hanya 4,5 juta, angka 100 itu termasuk tinggi. Maka sampai setidaknya sebulan ke depan bunyi azan di Kuwait masih akan tetap seperti itu –yang berarti salat Jumat-nya diganti salat Zuhur di rumah masing-masing.
Seluruh masjid di sana ditutup –tidak hanya saat salat Jumat. Salat lima waktu pun tidak boleh dilaksanakan di masjid.
Untung ajaran Islam membolehkan yang seperti itu –meski untuk menerapkannya terasa sekali sensitifnya.