Corona tidak akan sampai ke Indonesia, masyarakat tidak perlu panik, serta pemerintah daerah tidak perlu mendramatisir masalah adalah sebagian contoh dari pernyataan para pemangku kebijakan yang pada akhirnya membuat malu wajah mereka di hadapan publik.
Tak hanya itu, di saat Negara lain tengah sibuk melindungi warganya dengan cara menutup seluruh akses masuk dan keluar (lock down) sejak beberapa lama, pemerintah Indonesia justru menyediakan karpet merah bagi para pelancong dengan dalih untuk menambah devisa Negara.
Penyebaran virus pun semakin hari kian terkendali
Alhasil, penyebaran virus pun semakin hari kian terkendali. Penolakan terhadap hasil temuan yang dipublikasikan oleh Universitas Harvard jauh – jauh hari bahwa Corona kemungkinan sudah masuk ke Indonesia nyatanya menjadi boomerang bagi pemerintah.
Celakanya, pemerintah belum memiliki data yang pasti terkait jumlah warga yang terinfeksi di seluruh pelosok. Adapun masyarakat hanya bisa menebak dan meraba – raba keadaan ibarat orang buta yang kehilangan tongkatnya. Rasa saling curiga pun kian berkembang di kalangan warga setiap kali bertemu dengan rekan ataupun keluarga mereka sendiri. Ketidakterbukaan pemerintah terhadap kondisi yang sebenarnya pada akhirnya berpotensi menggiring rakyatnya ke pintu gerbang kematian secara perlahan.
Apa yang terjadi hari ini sudah selayaknya dijadikan pelajaran oleh para pemangku kebijakan di berbagai level. Setiap temuan ataupun masukan dari berbagai pihak sudah semestinya ditindaklanjuti dengan langkah – langkah antisipatif.
Memperluas kampanye layanan masyarakat, menyiapkan rumah sakit di daerah – daerah yang berpotensi menjadi wilayah penyebaran cukup tinggi, serta menetapkan prosedur dan protokol berbagai sarana publik hendaknya dilakukan sedini mungkin.
Selain itu pemerintah pun diharapkan pro aktif dalam menyebarluaskan informasi terbaru terkait kondisi di lapangan. Ketidakjujuran pemerintah dalam menyampaikan kondisi yang sebenarnya, bukan hanya akan merugikan jutaan rakyat yang harus dilayaninya, melainkan nyawa orang – orang penting di lingkaran kekuasaan.
Fenomena “nasi kucing” hendaknya menjadi pelajaran untuk tidak sekali – kali meremehkan urusan yang menyangkut keselamatan jiwa. Sebaliknya, bersikap terbuka dan selalu sigap terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi merupakan langkah yang perlu dikedepankan. (*)