Oleh
1.Drs.Priyono,MSi(Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta=UMS)
2.Azzahra Husni Farida(mhswi smt 2 Fak.Geografi UMS dan relawan)
Kita memasuki masa yang tidak saja sulit tapi serba mengandung ketidakkepastian. Virus corona yang tidak terlihat ternyata telah mampu memporakporandakan tatanan kehidupan sosial, ekonomi, budaya bahkan sampai religi. Orang semestinya berinteraksi untuk berkomunikasi ,untuk bertransaksi sesama tapi kini kita saling dijauhkan.
Alloh swt dalam QS(9:18) berfirman :” Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Alloh hanyalah orang orang yang beriman kepada Alloh swt dan hari kemudian, serta tetap melaksanakan sholat…….”. Itu perintah sang khaliq tapi kini anda tetap diam di rumah sehingga tempat ibadah terasa sunyi tidak seperti di hari hari sebelumnya, termasuk tempat berdagang, toko, mall, super market, pasar, semua sepi pembeli dan ini tentu berdampak pada pendapatan pedagang. Jika dahulu saat terjadi gempa, kita bergegas meninggalkan rumah, menjauhi rumah tapi saat corona tiba, kita stay at home.
Di sisi yang lain, dengan kejadian ini, umat beragama semakin dipersatukan, tidak ada perbedaan dan atas nama kemanusiaan kita sama.
Termasuk didalam agama yang sama yang didalamnya terdapat pemahaman yang berbeda, seakan sirna segala perbedaan tersebut saat corona tiba. Begitu indahnya kebersamaan. Manusia juga semakain rajin untuk menjaga kebersihan diri dalam rangka mencegah tertularnya corona.
Organisasi keagamaan dan ortom didalamnya bekerja sama, bahu membahu membantu masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran corona. Semoga ke depan wakil rakyat kita juga menunjukkan simpatinya pada rakyat untuk berbuat hal yang sama di saat rakyat membutuhkan. Jadi ada barokah di balik musibah.
Kita masuk di masa yang serba terbalik atau anomali, yang kadang tidak rasional, begitulah Alloh swt memberi cobaan kepada umatnya, sesuai dengan kemampuan, tinggal kita tabah menerima kemudian melakukan muhasabah diri untuk memperbaiki kehidupan ini atau hanya cobaan tinggal cobaan yang cepat berlalu.
Korban manusia berjatuhan dan terus meningkat jumlahnya, tidak hanya masyarakat biasa tapi justru garda depan tenaga kesehatan mulai dari dokter dan paramedis ikut menjadi korban keganasan virus ini, bahkan yang sangat ironis, dokter dan paramedis yang menangani penderita covid 19 , tidak diterima masyarakat dimana mereka tinggal karena perjuangan kemanusiaan yang luar biasa ini.