Oleh: Reni Tresnawati
(Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Muslimah Karawang)
Virus corona semakin eksis di seluruh negara. Berawal dari Wuhan Cina, virus ini menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia.
Di Indonesia sekarang sudah banyak yang terkena covid 19 ini. Dan ini berdampak pada kehidupan masyarakatnya, terutama dalam bidang ekonomi. Karena dengan adanya virus corona, pemerintah mengeluarkan aturan agar masyarakat untuk sementara tinggal di rumah atau stay at home.
Imbauan pemerintah untuk meliburkan sekolah dan membatasi berbagai aktifitas masyarakat, perpengaruh juga terhadap pendapatan para pencari nafkah dari kalangan bawah. Seperti halnya yang dialami sopir angkot di kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Mereka mengaku mengalami penurunan penumpang sejak beberapa hari yang lalu. Biasanya kalaupun penumpang dewasa sepi, masih ada pemumpang anak sekolah. Namun sejak sekolah diliburkan pendapatan sopir angkot jauh berkurang dari hari biasanya.
Dampak wabah corona menjadikan pendapatan sopir angkot berkurang hingga 70%. Pasalnya, pendapatan mereka drily, itu artinya kehidupan mereka sangat tergantung pada apa yang mereka dapatkan setiap hari.
Tak ada kemampuan saving, bahkan hampir 100% kebutuhannya dipakai untuk memenuhi kebutuhan perut.
Apalagi berbicara social distance, tentu akan sulit dilakukan mereka (sopir angkot), apabila pemerintah masih abai terhadap kondisi mereka. Padahal, salah satu upaya agar pandemi wabah ini tak semakin meluas.
Semua lapisan masyarakat harus melakukan social distance. Dan solusi atas kebutuhan pokok mereka, diurusi negara atau pemda.
Tetapi sayang, opsi memberikan pangan gratis pada masyarakat bawah tak menjadi pilihan kebijakan daerah. Karena fungsi pemeritah dalam pemerintahan sekuler bukanlah sebagai ra’in (pengurus) dan ri’ayah (pelayan) rakyat. Mereka lebih takut perekonomian hancur daripada nyawa rakyatnya yang hilang.
Perbedaan yang sangat timpang dibanding dengan kepengurusan dan pelayanan pemeritahan Islam terhadap rakyatnya. Sistem Islam memperlakukan rakyatnya, ketika terkena wabah tha’un, yang serupa seperti corona saat ini.
Khalifah sebagai pemimpin Negara Islam memberlalukan lockdown terhadap rakyatnya, agar tidak keluar. Dan yang dari luar dilarang masuk ke dalam negara khilafah (Islam).