Anggap saja ada 100 juta keluarga yang harus digaji Rp 1,5juta/bulan. Nilainya tetap lebih kecil dibanding runtuhnya ekonomi negara.
Semua proyek dibatalkan saja. Tidak apa-apa kan tidak punya jembatan baru, gedung baru, jalan baru, sekolah baru, dan segala macam yang baru –termasuk yang baru satu itu.
Sesekali negara menggaji rakyatnya. Gaji itu larinya akan ke ekonomi juga. Ke daya beli. Uangnya muter.
Kalau semua orang miskin digaji negara akan aman, ekonomi aman, politik aman, hukum aman, yang punya uang juga aman.
Kalau pun tidak ada lockdown, jaminkan kepada rakyat, angka kriminalitas tidak naik. Juga tidak ada perampokan-perampokan. Jangan sampai lolos dari virus tapi mati di tangan perampok.
Terlepas akan ada lockdown atau tidak, saya melihat ke masjid. Ke pentingnya masjid di zaman Covid-19 ini.
Masa seperti inilah yang akan membuat masjid sangat strategis untuk menyelesaikan masalah sosial.
Kalau saja setiap masjid memiliki daftar orang miskin di sekitarnya alangkah masjid bisa dipakai sentral penyelesaian masalah. Masjid bisa menjadi jembatan antara yang kaya dan miskin.
Gereja mungkin juga bisa diperankan seperti itu. Tapi masjid lah yang umumnya berada langsung di tengah masyarakat miskin.
Tapi ini memang memerlukan kepengurusan masjid yang modern –cara berpikirnya.
Tentu negara juga punya database orang miskin. Yang sudah sangat rinci. By name. By address.
Terserahlah.
Tapi saya sungguh kagum dengan kerelaan banyak masjid mengutamakan keselamatan umat manusia. “90 persen masjid di NTB tidak menyelenggarakan salat Jumat,” ujar Gubernur NTB, Dr Zulkieflimansyah kepada saya tadi malam. “Hari ini mungkin 95 persen,” tambahnya.
Padahal NTB sempat yang paling dikhawatirkan. Terutama Lombok. Yang mendapat gelar ‘Pulau Seribu Masjid’.
Saya pun mendapat kiriman pidato Bupati Lombok Timur, Sukiman Azmy. Yang begitu tegas. “Semua masjid harus ditutup. Yang melanggar bawa ke kantor polisi,” katanya.
Ia tidak mau banyak berdebat soal alasan. “Kurang berkah apa Masjidil Haram di Makkah. Ditutup. Kurang hebat apa para ulama di Al Azhar, Kairo, Mesir. Mereka telah berfatwa agar masjid ditutup,” kata Sukiman Azmy.