Jika Subang ingin membanggakan nanas, pastikan anak muda ingin jadi petani nanas. Mereka generasi penerus. Membanggakannya. Sebaiknya ada pula sentra nanas. Meski nanas tidak tumbuh di Pantura, tapi pasti orang Pantura juga suka nanas. Tapi, kebun nanasnya juga dijaga dan diremajakan.
Tapi yang utama, sebelum menuju ke sana. Prasyarat dasar adalah menemukan originalitas, otentisitas dan akar budaya Subang. Yang terpenting pula: pemimpinnya punya kemampuan dan keinginan. Dibantu mereka yang kompeten. Lalu, media pun diajak bicara, diskusi dan dilibatkan dalam memperkuat city branding.
Corona mengambil sejenak keseruan HUT Subang ke-72. Menyita pendapatan para pedagang yang selalu berharap dari keseruan. Bahkan kita belum sempat tahu, benarkan Subang kini lebih amazing dan lebih Jawara. Event spektakulernya dibatalkan.
Tapi yakin, ini akan berlalu. Menyisakan banyak luka pada anggaran APBD. Bolong-bolong, tambal sulam. Tentu banyak pula yang merugi seperti wisata, kuliner dan pekerja seni-event.
Lalu Subang harus sudah bangkit. Temukanlah city branding yang tepat. Semangat baru. Supaya lebih amazing. Setelah 72 tahun, terlupakan.(*)
*)Penulis: GMÂ pasundanekspres.co