KOTA BANDUNG – Provinsi Jawa Barat (Jabar) memiliki Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jabar sebagai salah satu laboratorium yang ditunjuk dalam pemeriksaan sampel COVID-19.
Ratusan kasus positif yang dilaporkan di Jabar pun di antaranya dipastikan melalui lima tahap pemeriksaan di Labkesda Jabar bekerja sama dengan ITB dan Unpad.
Lima tahap tersebut yakni proses ekstraksi, real time PCR (Polymerase Chain Reaction), interpretasi hasil, verifikasi, dan validasi.
Lebih dulu, sampel usap (swab) dari pasien COVID-19 diambil oleh petugas sampling dengan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap untuk dimasukkan ke dalam Viral Transport Media (VTM) dan diserahkan ke Labkesda Jabar untuk diperiksa.
Lantas, bagaimana rincian penentuan nasib seseorangitu dari berwujud sampel swab hingga dinyatakan positif atau negatif virus SARS-CoV-2?
Bergantian, Kepala Laboratorium Genetika dan Bioteknologi Molekular Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB Azzania Fibriani S.Si.,M.Si.,Ph.D. dan Aulia Saraswati Wicaksono, S.Si., analis/ahli biologi dari Laboratorium Mikrobiologi Labkesda Jabar menjelaskan bagaimana pekerjaan.
“Jadi nanti swab digabung dalam tabung yang berisi VTM. Tabung ini hanya boleh dibuka di Biosafety Cabinet. Sampel itu diekstraksi, cairan ini (VTM) diambil 200 mikroliter dan masuk reagen ekstraksi. Prosesnya itu dari melisiskan virusnya, RNA diambil melalui metode spin column. RNA berikatan dengan resin yang ada di kolom itu,” ucap Aulia.
“Setelah RNA diambil semua, lalu dipurifikasi dengan reagen yang ada di dalamnya, dicuci dari pengotornya RNA misalnya protein dan komponen lain yang mengganggu nanti di proses PCR. Setelah ada RNA total yang bersih, lalu menuju tahap PCR,” kata Aulia.
Masuk ke tahap PCR, Nia menjelaskan, Real Time PCR merupakan metode tes yang paling sensitif untuk mengetahui ada tidaknya virus penyebab COVID-19. “Jadi Real Time PCR ini bisa mendeteksi virus dengan detection limit yang sangat rendah yaitu 100 copies/ml,” ujarnya.
Sebelum mendapat bantuan dari Pemerintah Daerah Provinsi Jabar, Nia berujar timnya masih menggunakan primer dan probe dari CDC Amerika. Kelemahannya, reagen menarget tiga gen dari virus tersebut sehingga dengan reaksinya singleplex, artinya sampel satu pasien harus punya empat reaksi untuk mendeteksi virusnya.