Ia kembali ke Bangka untuk sekolah SMA di SMAN 3 Pangkal Pinang.
Setamat SMA ia ke Bandung. Masuk Politeknik Padjadjaran. Jurusan Perhotelan. Di situ hanya setahun. Merasa hatinya tidak cocok.
Passion-nya ternyata di dunia digital. Ia masuk D-3 STT Telkom (Telkom University) juga di Bandung. Ia pilih Jurusan Informatika.
“Saya kuliah sambil cari uang,” ujar Alghozi. Ia tidak sampai hati meminta kiriman uang dari ayahnya.
“Waktu semester 5 saya ng-Gojek,” katanya.
“Berarti saat itu sudah punya sepeda motor?” tanya saya.
“Motornya teman. Ada perhitungannya,” katanya.
Selain itu Alghozi jualan donat. Ke asrama-asrama mahasiswa.
“Orang tua Anda tahu?” tanya saya.
“Tidak tahu. Ayah tahunya kuliah saya lancar,” katanya.
Tahun lalu Alghozi tamat D-3. Anak nakal ini pun sudah bisa membuat beberapa program komputer. Ia menyebut beberapa nama program, tapi saya gagal memahaminya.
Begitu tamat, Ghozi melihat –di aplikasi lowongan– ada perusahaan mencari tenaga kerja: PT Kolega Coworking Indonesia, Jakarta.
“Saya langsung diterima,” kata Ghozi. “Semula jadi UI UX designer. Tiga bulan kemudian jadi project manager. Naik lagi jadi product manager,” tambahnya.
Saat jabatannya naik itulah hatinya hancur: melihat begitu banyak dokter meninggal karena Covid-19. Ghozi lantas mengontak dua orang teman sekelasnya di Telkom University.
Siang malam mereka mengerjakan aplikasi untuk mengabdi. Termasuk pernah lima hari lima malam tidak tidur. Mereka berkejaran dengan virus.
Bersama timnya itu Ghozi seperti bara tersiram bensin. Ia adalah baranya. Gubernur Babel, Erzaldi Roesman, adalah bensinnya. Prof Udin adalah kompornya.
“Di depan Pak Gubernur saya bilang ke Ghozi: ayo minta apa ke Pak Gubernur,” ujar Prof Udin. “Jangan tidak minta. Katakan saja,” tambahnya.
Saya sempat memikir kira-kira akan minta uang berapa triliun Ghozi ini.
“Minta laptop,” ujar Ghozi.
Gubernur Erzaldi pun membelikan Ghozi Macbook Air.
Tidak hanya itu.
“Selama di Bangka sekarang ini Anda tidur di rumah orang tua atau di hotel?” tanya saya.
“Di rumah dinas Gubernur,” jawabnya.
“Tentu orang tua Anda sangat bangga anaknya tidur di rumah gubernur.”