Menjelmanya coronavirus menjadi pandemi yang membuat keresahan terhadap warga dunia, dapat diakui telah memberikan pukulan yang keras dan melemahkan ekonomi global. Namun, apabila kita amati dari lain sisi, terdapat dampak yang positif bagi lingkungan. Pemberlakuan sistem lockdown di beberapa negara dunia, telah menunjukkan perubahan yang cukup signifikan pada polusi udara secara global. Seperti udara yang lebih bersih, berkurangnya asap dari kegiatan-kegiatan industry, dan di kota-kota besar yang telah memperlihatkan jumlah prosentase kemacetan semakin mengecil. Tidak hanya itu, lapisan ozon dikabarkan ikut membaik seiring dengan pengurangan aktivitas di bumi.
Dalam sebuah jurnal ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal Nature, mengungkapkan fakta yang mengejutkan bahwa lubang pada lapisan ozon semakin tertutup. Para ahli menyebutkan adanya tanda-tanda yang menunjukkan perkembangan ke arah positif pada lubang lapisan ozon.
Dilansir dari laman globalnews.ca, New Scientist, lubang di lapisan ozon di atas Antartika terus mengalami pemulihan, yang menyebabkan perubahan sirkulasi atmosfer. Akibat pemulihan ini, berubahan berbahaya di atmosfer belahan bumi selatan dapat dihentikan.
Dari gambar di atas memperlihatkan bahwa adanya perbedaan perkembangan pulihnya lapisan ozon dari tahun sebelumnya dengan sekarang. Di beberapa negara yang memberlakukan sistem lockdown secara total, seperti Italia dan Tiongkok,  telah memperlihatkan penurunan secara drastis kandungan emisi gas CO2 dalam udara. Dilansir dari laman alodokter.com, polusi udara dapat terjadi ketika lingkungan terkontaminasi oleh zat kimia, fisik, dan biologis yang mengubah karakteristik alami atmosfer. Kendaraan bermotor, fasilitas industri, kompor rumahan, dan kebakaran hutan merupakan sumber utama dari polusi udara.
Mengutip dari sebuah unggahan di twitter yang diunggah oleh ilmuwan  iklim di University of Colorado Boulder, Kris Karnauskas, menyebutkan bahwa penurunan emisi dapat dikaitkan dengan berkurangnya kegiatan ekonomi di tengah pandemic, namun dia tetap memperingatkan hal tersebut tidaklah pasti. Karnauskas, Kris (@OceansClimateCU), “Saya tidak yakin ini disebabkan oleh COVID19, tetapi hanya ada dua tahun sejak 1975 ketika CO2 naik lebih sedikit sejak pertama tahun ini,” March 15, 2020, 2.05 AM, Tweet.