Banjir Sirna, Kekeringan Menyapa dan Adaptasi Masyarakat untuk Bertahan Hidup di Kesulitan Dua Musim

0 Komentar

Menghadapi musim kemarau dan kekeringan bagi masyarakat kabupaten Lamongan tentunya bukanlah hal yang baru. Namun jika tidak mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut maka bisa dipastikan akan sulit survive dan mengalami kerugian. Adaptasi yang bisa dilakukan masyarakat ketika kekeringan melanda antara lain, (1) membuat “embung” atau penampung air hujan sehingga embung ini bisa digunakan sebagai penyedia air ketika musim kemarau panjang tiba, semakin besar embung yang dibuat maka semakin banyak air yang bisa ditampung ketika musim penghujan, (2)memelihara waduk, maksudnya adalah mencegah waduk mengalami pendangkalan karena jika waduk mengalami pendangkalan maka kapasitas dalam waduk akan berkurang dan menyebabkan waduk menjadi cepat kering ketika musim kemarau sehingga diperlukan pemantauan dan pengerukan waduk agar waduk menjadi lebih dalam lagi sehingga air yang tersimpan bisa lebih banyak, (3) penghijauan, cara ini merupakan yang paling klasik dalam mengatasi kekeringan tetapi tidak boleh dilewatkan, tanaman yang rapat akan berfungsi untuk meningkatkan tanah dalam menyerap air hujan sehingga air tanah akan tersedia lebih lama. Penghijauan tersebut bisa dimulai dari masing-masing rumah, setidaknya setiap rumah minimal memiliki atau menanam satu pohon didepan rumahnya, (4) mencegah alih fungsi lahan hutan menjadi pertanian, karena hal ini akan berpengaruh terhadap menurunnya fungsi resapan air dan meningkatnya limpasan permukaan.
Dengan adanya adaptasi ketika banjir dan kekeringan yang sudah dipahami masyarakat maka diharapkan masyarakat sudah tidak panik dan lebih bisa menghadapi bencana dengan tenang dan meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh bencana tersebut. Semoga kita semua dihindarkan dari bencana dan mengambil hikmah dari bencana yang terjadi. Aamiin. (*)

Laman:

1 2 3
0 Komentar