BKKBN Tebar Sembako di Daerah Kumuh Stasiun Depok

0 Komentar

“Misi kami ada dua. Selain berbagi, kami juga berusaha menyemangati agar orang yang ber-KB itu tetap ber-KB. Pesan kita tetap sama. Seperti tadi kepada Pak RT dan Pak Lurah, kami titip pesan untuk terus menyampaikan kepada masyarakat agar menjaga keberlangsungan ber-KB. Pasangan-pasangan yang tidak beruntung tadi kalau hamil akan lebih riskan atau semakin sulit. Secara ekonomi sulit, secara kesehatan rentan,” Nofrijal menambahkan.
Disinggung kelanjutan gerakan ini setelah Ramadan berakhir, Nofrijal berencana menjadikan Gemuruh Berbagi sebagai gerakan sosial berkelanjutan. Secara kelembagaan, Plt Sekretaris Utama BKKBN berencana membangun sistem kepedulian sosial nasional BKKBN yang mencakup skala nasional. Transformasi gerakan tidak hanya melibatkan Kedeputian Adpin atau internal BKKBN, melainkan bakal turut menggandeng perusahaan untuk bersama-sama berkolaborasi.
Nofrijal menyebut Gemuruh Berbagi yang digagas Kedeputian Adpin merupakan model yang akan dikembangkan di kemudian hari. Jika selama Ramadan penyaluran bantuan dilakukan setiap akhir pekan, ke depan rencananya bakal dilakukan setiap bulan. Adapun jumlah bantuan disesuaikan dengan kemampuan atau hasil donasi yang berhasil dikumpulkan. “Negara kita ini negara yang harus selalu siap menghadapi musibah.
Banyak sekali musibah yang menimpa kita. Itu sudah tidak terhitung lagi. Ada kebakaran, gempa bumi, tsunami, banjir, dan lain-lain. Di samping itu, kita dihadapkan pada kemiskinan. Karena itu, kepedulian sosial menjadi sebuah cara untuk saling membantu dan bangkit. Saat ini BKKBN memiliki 24 ribu PKB/PLKB. Satu PLKB saja bergerak, sudah banyak yang bisa dilakukan untuk masyarakat. Nah, ini dengan 24 ribu orang. Kami yakin dampaknya akan sangat besar bagi masyarakat,” tandas Nofrijal.
Waspadai Kesertaan KB Turun
Di bagian lain, Nofrijal mengungkapkan, BKKBN terus mewaspadai kemungkinan turunnya kesertaan ber-KB akibat wabah covid-19. Apalagi, pantauan sementara yang dihimpun melalui pelaporan dan statistik rutin menunjukkan kemungkinan tersebut. Padahal, laporan baru mencakup capaian sampai dengan Maret 2020. “Sudah pasti kita mendapatkan info yang kurang enak karena penurunan angka kesertaan ber-KB. Terutama peserta KB baru yang masih belum mencapai 50 persen dari yang kita targetkan. Maret ini baru mulai covid-19. Kasusnya baru muncul di kota-kota besar. Pembatasan sosial baru dilakukan di kota-kota besar. Baru pada bulan berikutnya dilakukan pembatasan sosial di kota-kota yang lebih kecil. Dampak imbauan di rumah saja baru bisa dilihat lebih jelas dari laporan April,” ungkap Nofrijal.

0 Komentar