Ternyata tradisi baju baru saat lebaran ini sudah ada dalam buku Sejarah Nasional Indonesia karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto loh. Diceritakan bahwa tradisi ini awal mulanya ada di daerah kesultanan Banten.
Jadi saat itu mayoritas penduduk Muslim di bawah kerajaan Banten sibuk nyiapin baju baru. Warga pun masih menjahit baju sendiri, soalnya teknologi masih terbatas banget. Dan pada saat itu cuma kalangan kerajaan yang bisa dapet baju bagus buat Lebaran. Karena itu, beda sama hari-hari biasa, mayoritas warga yang bekerja sebagai petani berubah profesi jadi tukang jahit dadakan menjelang Lebaran.
Tidak Hanya di Banten, Yogyakarta Juga Memiliki Tradisi Serupa
Tepatnya di kerajaan Mataram baru, Yogyakarta, warga yang mayoritas muslim melakukan tradisi yang serupa. Terutama saat hari-hari terakhir bulan Ramadan, semua orang bersiap menyambut datangnya lebaran dengan baju baru.
Masyarakat di Yogyakarta juga berbondong-bondong untuk mencari baju baru baik beli maupun menjahit sendiri baju barunya. Setelah lebaran semakin dekat, malam takbiran diiringi cahaya obor di sana sini. Sejak saat itulah muncul pula tradisi takbiran keliling yang mirip dengan yang sekarang.
Karena pada dasarnya, lebaran merupakan hari raya di mana mereka yang telah berpuasa kembali suci seperti bayi, karena diampuni dosa-dosanya. Namun sayang zaman sekarang banyak orang yang salah mengartikan hal tersebut. Merayakan hari raya merupakan hal yang baik, tetapi saat hari raya tidak harus atau di wajibkan menggunakan baju baru, menggunakan baju lama tidak apa-apa yang penting niat kita adalah mensucikan diri karena Allah SWT.
Seperti itulah, ternyata tradisi baju baru saat lebaran sudah ada sejak zaman kerajaan. Dan seperti tradisi kita umumnya, hal tersebut akhirnya terbawa sampai saat ini. Memakai baju baru di hari fitri sah-sah saja tentunya, tapi perlu diingat bahwa esensi lebaran tidak hanya sebatas itu. Tidak hanya Pakaian saja yang baru, tetapi hati dan pikiran juga harus baru. (*)