Mengutip dari kolega sosiolog dari Nanyang Tech University, Prof. Sulfikar Amir, Ph. D, yang juga ahli soal Social Networks and Risk Society , ia sependapat bila infrastruktur kesehatan dan semacamnya menjadi prasyarat utama untuk melakukan new normal. Ini penting, sebab infrastruktur yang ada selama ini belum sepenuhnya menjangkau lapisan masyarakat, misalnya seperti mass testing untuk Yogyakarta. (ugm.ac.id, 27/05/2020)
Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Iwan Ariawan menilai masih perlu waktu lagi untuk mulai menerapkan relaksasi. Sebab ia menjelaskan, saat ini tingkat kecepatan penuaran belum sepenuhnya turun. Efak dari PSBB sudah terlihat hampir berhasil sedikit lagi. Belum sampai mengontrol epidemi. Jadi harus bersabar sedikit lagi agar bisa mulai relaksasi. (cnnindonesia,com, 29/05/2020)
New Normal Life Menurut Islam
Kehidupan baru menurut Islam tentulah kehidupan yang lebih teratur yang sesuai dengan aturan Allah Swt. Karena kehidupan sebelumnya sangatlah jauh dari Islam. Dimana-mana terjadi perzinahan, pelaku riba semakin banyak. Kasus kriminnal yang semakin parah. Membuat kita sadar bahwa selama ini aturan yang kita pakai saat ini bukan dari Sang Pencipta.
New Normal Life bukan berarti kita harus ikut-ikutan seperti negara lain yang mungkin kasus positif Coronanya sudah berkurang. Lockdownnya sukses, masyarakatnya disiplin dalam melakukan protokol kesehatan. Sehingga mereka memang sudah siap untuk melakukan kehidupan normal yang baru. Siap dengan segala sesuatunya. Masyarakatnya dan infrastrukturnya.
Pengambilan keputusan untuk New Normal Life juga pertimbangannya bukan karena ekonomi saja. Karena pengaturan kehidupan bukan hanya sebatas ekonomi. Namun sosial,budaya, bahkan politik. Pendidikan juga termasuk di dalamnya.
Sebagai Umat Islam, untuk pengambilan keputusan harus sesuai standar Islam yaitu halal dan haram. Ketika keputusan New Normal Life diambil namun ternyata masih banyak syarat yang belum dipenuhi dan menyebabkan kesangsaraan bagi rakyat. Berarti di sini rakyat terdzalimi. Dan itu tidak dianjurkan oleh Islam. Bahkan ada dalam hadistnya. Rasululah SAW mengatakan, setiap orang adalah pemimpin dan mereka akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Dalam hadist lain, disebutkan, “Barang siapa yang diangkat oleh Allah menjadi pemimpin bagi kaum muslim, lalu ia menutupi dirinya tanpa memenuhi kebutuhan mereka, (menutup) perhatian terhadap mereka, dan kemiskinan mereka. Allah akan menutupi (diri-Nya), tanpa memenuhi kebutuhannya, perhatian kepadanya, dan kemiskinannya.” (Diriwayatkan dari bu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Maryam)