Mungkin kita akan kesulitan menerapkan sosial distancing tersebut pada masa New Normal karena karakter itu harus ditanamkan sejak dini, didukung oleh berbagai kalangan dan secara kontinyu dilakukan.
Ada dua cara mutakhir dalam membentuk karakter ketika seseorang itu sudah dewasa, bentuk ulang lingkungannya atau bentuk emosinya (hati). Misal: menyaksikan liputan orang yang meninggal akibat virus copid 19 yang dijauhkan dari keluarganya, atau memberi contoh memakai masker ketika bepergian, cuci tangan dengan sabun sesering mungkin setelah beraktivitas di luar rumah dan hal tersebut dilakukan secara bersama-sama. Lakukan perubahan dalam hal setting lingkungan dan sentuh emosi setiap orang yang ada di dalamnya maka apa yang diharapkan dari perubahan karakter itu, akan terjadi.
Pendidikan karakter bukanlah pelajaran berupa hapalan tetapi pendidikan perilaku yang terbentuk melalui pembiasaan, butuh waktu dan komitmen dari berbagai pihak untuk membentuknya. Disamping itu, elemen lingkungan harus juga ikut menjaga agar “nyawa” pendidikan karakter di masyarakat terus berjalan misalnya dengan memberikan contoh, jadi jika kita mau melakukan physical distancing dan nyaman pada saat new normal maka lakukan dengan penuh disiplin, tanggung jawab dan kontrol sosial juga diperlukan untuk menegakkannya. (*)