Kejadian rob pekan lalu, hampir terjadi bersamaan di seluruh Pantai Utara Jawa Barat. Di Subang, Kecamatan Legonkulon menjadi yang terparah. Setidaknya ada lima desa yang terdampak. Berikut penelusuran Pasundan Ekspres bencana rob yang sering melanda Pantura Subang.
Desa Legonwetan dan Mayangan yang terparah, karena ribuan rumah terendam. Tambak dan lahan pertanian di tiga desa lainnya juga terdampak.
Salah satu warga Sarkim menyebut, rob yang melanda Mayangan dan Legonwetan kemarin tak seperti biasanya. Kali ini, cenderung lebih tinggi dengan waktu surut yang lebih lama. “Surutnya lama, ini juga robnya beda. Lebih tinggi. Di jalan saja lumayan, bisa sampai 30cm. Rumah saja kerendem, perabotan kasur basah, barang elektronik juga banyak yang rusak,” bebernya.
Sarkim, menyebut sudah lima hari, ia dan sanak keluarga tidur di sekitar jalan menuju Pantai Pondok Bali. Bahkan ada saudaranya yang juga tidur di perahu. “Rumah belum bisa ditempati karena air masih ada dan kalau malam masih rob,” ucapnya.
Ia berharap, bantuan yang datang tak hanya sembako namun seperti kasur dan karpet juga saat ini dibutuhkan warga. “Kasur ini pasti banyak yang butuh, karpet juga. Karena rata-rata basah, ini dijemur juga tak kering-kering,” ucapnya.
Saking seringnya terjadi rob, tidak sedikit warga yang pindah tempat tinggal ke desa lain. Pjs Kepala Desa Mayangan Wiharta menuturkan, perpindahan warga dari Desa Mayangan merupakan hal yang relatif. Sebab, ada yang berpindah ke Desa Legonwetan atau desa lain di Kecamatan Legonkulon karena alasan keluarga. “Bisa karena ada saudara atau menikah, kalau soal rob itu belum tentu juga,” ucapnya.
Wiharta menambahkan, kejadian rob pada 2 Juni lalu merupakan hal yang tak biasa bagi warga di Desa Mayangan juga Desa Legonwetan. Meski terbiasa dengan rob, namun ketinggian air saat rob kemarin terbilang tinggi. “Warga sini sudah biasa soal rob tapi soal ketinggianannya itu yang baru pertama kali terjadi. Kalau rumah lama itu bisa tingginya 1 meter di dalam rumah, kalau yang baru bisa 50cm,” tambahnya.