LEMBANG-Petani sayuran di Lembang Kabupaten Bandung Barat, menjadi salah satu profesi yang tidak terdampak oleh pandemik Covid-19. Hal itu diungkapkan oleh Koordinator Penyuluh BP3K Lembang, Darwin saat dihubungi, Senin (15/6).
Menurutnya, ada tiga faktor yang menjadikan profesi petani sayuran di Lembang tidak terdampak Covid-19, yaitu letak geografis Lembang yang strategis dengan market hasil pertanian, brand image Lembang yang masih melekat sebagai penghasil sayuran yang berkualitas dan jejaring market petani di Lembang yang sudah terbangun. “Itu yang menyebabkan hasil pertanian di Lembang yang stabil, sehingga para petani tidak terdampak, saya lihat khusus di Lembang tidak ada petani yang merugi,” katanya.
Meskipun ada harga sayuran yang turun tetapi ada juga harga sayuran yang naik, yang menyebabkan petani tidak merugi adalah karena adanya sistem tanam tumpang sari. Selain itu, sayuran merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh banyak orang. “Menurut saya profesi yang stabil adalah petani. Kalo masalah naik turun harga itu sudah biasa, petani tidak rugi karena ada tumpang sari. Dalam satu bedengan ada tiga item misalnya menanam Cabai, bunga kol dan Lettces. Dengan pola tanam tumpang sari itu merupakan antisipasi harga murah,” paparnya.
Saat ini, Darwin mengatakan harga sayuran tertinggi adalah brokoli berada diangka Rp18.000/ kg dari petaninya dan terendah adalah Lettuce head Rp500/ kg dari petaninya.
Sementara yang mengalami kerugian adalah petani bunga, pasalnya market dari petani bunga terdampak oleh Covid-19 seperti hotel dan acara acara seremonial lainya yang tak dapat terlaksana. “Setau saya sejak 29 Maret lalu, hanya petani bunga yang mati total, karena tidak ada hajatan dan hotel pun tutup jadi siapa yang belinya,” ujarnya.
Diketahui, saat ini di Lembang memiliki lahan pertanian 9767 hektar dan ada 17217 keluarga tani, 16 gabungan kelompok tani, 161 kelompok tani, 10 kelompok wanita tani dan 3 asosiasi pertani yaitu petani Jeruk, petani Kopi dan petani Golden Berry.(eko/sep)