Sementara untuk menghindari munculnya episentrum COVID-19 dari aktivitas pembukaan ekonomi ini, Kang Emil menegaskan pihaknya sudah menyiapkan 627 mobil tes COVID-19 untuk setiap kecamatan di Jabar dan beberapa unit mobil laboratorium mini yang mampu melakukan pengetesan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan swab test (tes usap).
Sementara, Sekretaris Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Prof. Rully Indrawan mengatakan, pandemi Covid-19 memberikan tekanan dari segala arah. Salah satunya supply dan demand.
Menurut Rully, banyak pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang tidak akan bertahan jika pandemi terus berlanjut. Sebab, saat ini diprediksi sudah mencapai 70 persen pelaku usaha yang terdampak.
“Sekitar 70% UMKM terkena dampak luar biasa. Jumlah permintaan turun, pasar mengecil. Sehingga bisnis sulit untuk dijalankan,” ucap Rully di acara yang sama.
Dikatakannya, keadaan ini berbeda dengan krisis 1998 dan 2008 lalu. Sebab, kata dia, krisis akibat Covid-19 lebih kompleks. “Berdasarkan 40 hasil survey yang dilakukan di seluruh dunia pada 10 Februari-13 Mei 2020, lebih dari 50% UMKM menghadapi penurunan pendapatan secara tajam,” katanya.
Lebih lanjut, dari 30% responden tidak akan bertahan jika tidak mendapat dukungan dalam satu bulan ke depan dan lebih dari 50% responden tidak akan bertahan dalam tiga bulan ke depan. Indikasinya, sambung dia, penurunan penjualan, pengurangan tenaga kerja, dan berkurangnya cadangan kas.
“Persoalan utama yang dihadapi UMKM adalah pemasaran dan permintaan, sedangkan koperasi adalah permodalan,” pungkasnya. (rls)