Partai-partai pun mengincarnya. Terutama PDI-Perjuangan dan PKB. Tingginya rating Novi membuat ia tidak perlu mencari partai. Kendaraan politik itu datang sendiri.
Ia sama sekali tidak perlu membayar mahar ke PDI-Perjuangan. Tidak juga ke PKB. Ayahnya akrab dengan kiai-kiai utama di PKB.
Hanya saja ia harus menggandeng kader PDI-Perjuangan sebagai wakil.
Hasil kerjanya sangat nyata. Hasil surat cinta di dalam buku pelajarannya pun nyata: anaknya lima orang. Yang tertua kuliah di Yaman. Di Darul Mustofa di Kota Tarim.
Di sana ia masuk pesantren milik leluhurnya sendiri itu –dari jalur istri Novi.
Yang kedua dan ketiga wanita. Dua-duanya masuk SMK animasi Umar Said yang disponsori Djarum di Kudus. Yang keempat masih tsanawiyah (SMP). Dan yang kelima, masih SD. Dua-duanya di Nganjuk.
Semua anaknya itu lagi menghafal Alquran –ikut ibunya yang juga hafal Alquran.
”Anda hafal Alquran juga?” tanya saya kepada Novi.
”Saya hafal fulus,” gurau Novi.