Katanya, anak sekolah setiap hari harus melintas sungai, disebrangkan oleh warga. Saat hujan besar terpaksa tidak sekolah.
Meski tidak tahu persis peta jalan baru itu, tapi mudah-mudahan kampung terpencil itu terbawa maju. Bisa jadi di jalur alternatif itu ada daerah yang lebih terpencil. Satu saat saya ingin ke sana lagi. Mungkin sekarang sudah ada jembatan dan anak sekolah tidak kesulitan lagi.
Ruhimat ternyata sudah melakukan langkah-langkah taktis untuk kemajuan Subang. Di antaranya dengan mengagendakan pembangunan jalur lingkar dan jalan alternatif. Tanpa harus Ruhimat bersujud ke Perhutani dan PTPN. Perusahaan BUMN itu rela memberikan lahannya untuk dibangun jalan. Itu pun saya dengar setelah beberapa kali negosiasi. Mulai di kantor bupati, di PTPN dan melobi gubernur. Jalan-jalan itu didanai bantuan provinsi.
Baca Juga:Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Subang Gelar Event Secara OnlinePengusaha Wedding Organizer Kembali Sumringah, Empat Bulan Tidak Ada Order, Kini Mulai Berangsur Normal
“Alhamdulilah anggaran tidak terganggu Covid-19. Anggaran pinjaman daerah dari BJB juga tidak diganggu. Untuk membuat jalur alternatif lingkar dalam kota. Tahun 2021 harus mulai,” kata Kang Jimat–sapaannya.
Bagaimana supaya cepat terealisasi? Kang Jimat minta bantuan TNI AD untuk membangun jalan. Melalui program TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD). Program yang amat hebat dan selalu dinanti masyarakat. Kebanyakan programnya sederhana: membuka jalan baru atau pertanian di pelosok desa.
Satu lagi, Subang pun akan membangun jalan baru di Pantura. Membentang 50 Km dari Cilamaya ke Patimban. Saat mendekati Patimban, pengguna jalan baru ini akan bisa melihat hamparan laut utara Jawa. Bagi yang pernah menyusuri jalur Pantura hingga Panarukan akan bisa membayangkan keindahannya. Pembangunannya kata Kang Jimat akan dimulai tahun 2021.
Subang makin Jawara?
—–
*Pimpinan Redaksi Pasundan Ekspres