Apakah tentara mampu? Di jajaran tentara memang ada batalyon Zeni. Yang tugas utamanya membangun infrastruktur. Batalyon itu memiliki kemampuan membangun jalan, jembatan, gedung, bikin sungai, dan seterusnya.
Di saat perang sering terjadi ini: jalan dan jembatan dihancurkan musuh yang lagi mundur. Agar tidak bisa dikejar. Tentara harus bisa memulihkan jalan dan jembatan itu. Agar tank dan kendaraan militer bisa lewat.
Di Korea Utara lebih mampu lagi. Saya pernah meninjau kota baru di pusat Kota Pyongyang. Di situ dibangun 29 gedung pencakar langit. Beserta lingkungan perkotaan yang indah. Taman-taman dan pencahayaannya cantik. Semua dikerjakan oleh tentara. Adalah juga biasa di sana kalau di pinggir jalan terlihat banyak tentara memasang kabel. Seperti kontraktor telekomunikasi atau listrik.
Apakah di Kalteng nanti akan begitu? Atau tentara menjadi pemegang penugasan saja lalu pekerjaan disubkan ke kontraktor? Meniru kebiasaan di BUMN yang terlambat saya ketahui?
Saya sangat setuju bidang pertanian diprioritaskan di masa Covid-19 ini. Sektor pertanianlah yang masih bisa ditumbuhkan di masa lesu ini. Berkali-kali saya mengemukakan hal itu.
Jangan salahkan kalau beberapa sektor ekonomi lesu. Bukan karena menteri pariwisata tidak kerja keras kalau sektor wisata lesu. Andai kerja keras pun hanya akan menghabiskan anggaran –tanpa hasil.
Tapi sektor pertanian bisa digenjot-habis tanpa banyak risiko memperburuk pandemi. Ciri-ciri pekerjaan di bidang pertanian relatif aman: bisa dikerjakan dengan jaga jarak, di udara terbuka, di bawah terik matahari.
Tapi kenapa buka sawah baru di Kalteng? Area yang disiapkan pun luas sekali: 1,4 juta hektare. Yang tahap pertamanya dimulai dengan 30.000 hektare. Semula saya perkirakan tidak begitu. Kalau pun pemerintah menggalakkan pertanian saya pikir akan dikaitkan dengan upaya mengatasi kemiskinan dan penyerapan lapangan kerja di pedesaan.
Saya salah dalam memperkirakan. Saya kira penggenjotan pertanian itu akan dilakukan di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Ditambah Bali, Lampung, Lombok dan Sulsel.
Atau mendorong Sumbawa, Sumba, dan Gorontalo untuk jagung.
Dengan begitu saya perkirakan bisa mengurangi penderitaan orang miskin. Dalam jumlah besar. Sekaligus bisa meningkatkan produksi pangan dengan lekas.