Oleh. Reni Tresnawati
Stunting atau lebih dikenal dengan gizi buruk. Hal ini terjadi pada masyarakat miskin. Mereka tidak bisa memberikan makanan bergizi kepada anak-anaknya. Karena untuk makan sehari-hari saja mereka kesulitan. Dan ini terjadi di daerah Purwakarta.
Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika menyebutkan sekitar 8000 anak di Kabupaten Purwakarta mengalami stunting. Jumlah tersebut tersebar di 27 desa dari 7 kecamatan di Kabupaten Purwakarta. Hal ini disampaikan Anne dalam kegiatan penandatanganan komitmen bersama dinas terkait dalam menurunkan angka stunting, di Aula Janaka Lingkungan Pemkab Purwakarta, Selasa (30-6-2020) AyoPurwakarta.
Stunting pada balita yang akan berpengaruh pada kualitas manusia. Maka gizi buruk berbahaya bagi keberlangsungan kualitas generasi. Banyaknya balita terkena stunting selain faktor kurangnya edukasi para ibu terhadap anak, tapi lebih dominan adalah faktor ekonomi bagi masyarakat miskin. Jangankan memberikan gizi pada balita untuk bisa makan dengan normal saja mereka begitu kesulitan.
Maka dari itu, solusi mencegah balita tidak terkena stunting, bukan sekedar penyuluhan dan pendataan dengan bantuan parsial. Namun, harus juga dibenahi ekonomi secara agregat. Seperti kita ketahui, ekonomi saat ini sangat carut marut. Dan itu semua di sebabkan oleh sistem kapitalis yang telah bercokol di negeri ini sejak lama.
Kapitalis merupakan biang kerok atas kondisi ekonomi yang begitu memprihatinkan. Seperti sandang, papan dan pangan. Tingginya pengangguran hari ini dikarenakan banyaknya tenaga kerja asing yang dipekerjakan daripada tenaga kerja pribumi.
Dan ini yang menyebabkan tingginya kemiskinan dan kelaparan karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Jika para pencari nafkah susah mencari pekerjaan, maka mereka pun kesulitan memberikan kebutuhan sehari hari untuk keluarganya, terutama anak istrinya. Sehingga mengakibatkan anak-anaknya tidak tercukupi gizinya. Itulah yang mengakibatkan terjadinya stunting atau gizi buruk.
Kepemimpinan sistem dalam kapitalis hanya perduli dan memperhatikan rakyat kelas atas. Sedangkan, rakyat kelas bawah tidak dihiraukan. Bahkan dibiarkan menanggung beban hidup, sehingga mereka menderita kelaparan. Berbeda dibandingkan dengan kepemimpinan dalam sistem Islam, yang senantiasa memperhatikan kebutuhan rakyatnya, terutama rakyat kecil. Pemimpinnya selalu memantau sendiri keadaan warganya secara langsung tanpa sepengetahuan warganya.