Di Hainan sudah dikoleksi 3.500 tali pusar bayi. Sebagai sumber pengambilan bahan baku cell. Dari situ akan bisa dibuat ginjal, liver, telinga, hidung dan seterusnya. Semua cucu saya, tali pusar mereka juga disimpan di bank tali pusar di luar negeri. Saat itu belum ada bank serupa di Indonesia. Itu untuk jaga-jaga, siapa tahu, di masa depan, mereka memerlukan stemcell untuk mengatasi sakit tertentu.
Pulau Hainan sekarang ini hanya berpenduduk 9 juta orang. Bandingkan dengan Singapura. Yang wilayahnya hanya 1/40. Penduduknya 5 juta orang. Masih sangat luas daerah kosong di Hainan. Grup Sinar Mas-nya Eka Tjipta Widjaya memiliki hutan tanaman industri hampir 1 juta hektare di pulau ini.
Saya sudah tiga kali ke Hainan. Salah satunya bersama Wakil Presiden (waktu itu) Jusuf Kalla. Yakni ke kota Boao. Beberapa kepala negara kumpul di kota Boao setiap tahun. Untuk membicarakan isu-isu dunia di Boao Forum.
Di dekat Boao inilah, di pinggir pantainya yang indah, pusat pengobatan Hainan dibangun. Termasuk pabrik-pabrik obat terkemuka dari Eropa dan Amerika. Bebas pajak. Bebas bea.
Boao hampir sama jauhnya dari Haikou dan dari Sanya. Haikou adalah kota terbesar di Hainan yang juga ibu kota provinsi itu. Letaknya di pantai utara. Sanya adalah kota terbesar kedua. Kota turis. Pantainya seperti di Hawaii. Hanya saja masih kalah dengan pantai Kuta di Bali.
Pantai Sanya inilah yang dikampanyekan sebagai Hawaii-nya Tiongkok. Pulau Hainan memang pulau tropis. Sudah jauh lebih ke selatan dibanding Hongkong.
Kepergian saya yang kedua ke Hainan adalah untuk melihat proyek kabel listrik bawah laut. Jarak pulau itu dengan daratan Tiongkok (Guangdong), sekitar 500 km. Baru di bawah laut selat inilah digelar kabel listrik berkekuatan 500 kv.
Tentu setiap kali ke Hainan saya ingin makan nasi ayam Hainan. Yang sangat terkenal di Indonesia maupun di Singapura itu.
Kecewa.
Ternyata seperti soto Madura dan nasi Padang. Tidak ada nasi ayam Hainan di Hainan.