Minus 5 Persen

0 Komentar

Sedang kita minus 5,3 persen sangatlah sulit karena posisi awal kita yang masih miskin. Padahal sudah jelas bahwa kesulitan ekonomi tidak hanya terjadi tahun ini. Tahun depan juga masih lebih sulit.
Pada 2021 adalah habisnya masa berlaku banyak fasilitas keuangan. Pinjaman kembali harus dicicil. Yang macet-macet harus diputuskan bentuk penyelesaiannya. Tahun depan adalah kesulitan yang sebenarnya.
Pun kalau Covid-19 sudah selesai di akhir tahun ini. Apalagi kalau Covid-19 masih bersambung ke tahun depan. Dengan atau tanpa Covid-19 berarti belum ada harapan perbaikan pada 2021.
Sedang pada 2022 sudah masuk ke siklus politik lima tahunan berikutnya. Maka sisa enam bulan tahun 2020 adalah pertaruhan untuk lahirnya terobosan-terobosan. Di semua bidang.
Bisakah kita bicara terobosan baru? Kalau selama ini kita sulit menemukan terobosan lama?
Terobosan baru sering terbentur soal politik. Yakni politik jatah. Di segala bidang.
Padahal, sekarang ini, bicara politik begitu tidak relevannya. Apalagi kalau masih ada partai yang menuntut jatah porsi kekuasaan.
Untuk apa kekuasaan? Begitu tidak relevannya memegang kekuasaan sekarang ini. Apalagi kalau tidak memiliki kreativitas yang bisa menerobos kebuntuan. Sampai tiga tahun ke depan kekuasaan hanyalah drum minyak yang kehilangan minyaknya.
Jelaslah bahwa pertanian, peternakan, dan perikanan adalah modal yang masih bisa kita andalkan. Tapi adakah kekuasaan bisa dipakai untuk merombak struktur dan anggaran negara demi tiga andalan kita itu?
Katakanlah jawabannya: tidak bisa. Maka kian tidak relevan lagi kekuasaan itu di mata zaman dan di mata rakyatnya.(Dahlan Iskan)

Laman:

1 2
0 Komentar