Taiwan pun sudah mengesahkan peraturan yang membolehkan China Airlines berubah nama menjadi Taiwan Airlines.
Langkah Taiwan kian nyata menuju ke kemerdekaan.
Di Taiwan masyarakatnya terbelah tiga: ada yang pro-penyatuan dengan Tiongkok, ada yang pro-kemerdekaan, dan ada yang pilih status mengambang seperti sekarang.
Tiongkok terus memonitor kelompok mana yang terus menguat. Huru-hara Hongkong jelas-jelas memperkuat kelompok pro-kemerdekaan.
Maka Tiongkok pilih ‘membereskan’ dulu Hongkong. Sejauh ini reaksi keras Barat ternyata tidak terlalu berat.
Kuncinya memang di Amerika. Termasuk apakah Tiongkok berani menyerbu Taiwan. Secara militer kekuatan Amerika jauh di atas Tiongkok.
Amerika memiliki 11 kapal induk –sembilan di antaranya aktif. Tiongkok baru punya dua buah. Itu pun yang nomor 2 baru selesai dibuat tahun lalu.
Tiongkok baru bisa menang kalau bisa menghancurkan kapal-kapal induk itu. Tapi mana mungkin. Kapal itu dilindungi senjata anti serangan apa pun.
Maka yang muncul adalah debat kelas warung. Anggap saja ini humor di awal pekan:
A: Gampang menghancurkan kapal induk Amerika itu.
B: Tidak mungkin. Semua rudal Tiongkok dihancurkan sebelum mencapai kapal induk.
A: Seberapa banyak senjata anti-rudal di kapal induk itu.
B: Bisa 2000-an.
A: Tiongkok bisa bikin rudal penghancur 2500.
B: Itu akan sangat mahal.
A: Tiongkok bisa bikin yang palsu. Setelah senjata anti-rudalnya habis untuk menembak yang palsu barulah yang asli diluncurkan. (Dahlan Iskan)