KARAWANG-Universitas Singaperbangsa (Unsika) Karawang, menjadi buah bibir di media sosial twitter dengan tagar #Unsikakenapasih. Pasalnya, tagar tersebut merupakan keluhan warganet tentang mahalnya Iuran Pembangunan Institusi (IPI).
Akibat mahalnya IPI itu, berimbas sejumlah mahasiswa baru Unsika cabut berkas atau mengurungkan niatnya untuk mengenyam pendidikan di Unsika. Terutama calon mahasiswa baru di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ada 14 mahasiswa baru yang sudah mencabut berkas.
“Menurut saya itu akan terus bertambah, karena tidak ada pengurangan nominal dari iuran tersebut. Yang ada hanya diberlakukan mekanisme cicilan,” ujar Ketua Umum BEM Fisip Unsika, Alfi Akbar Sasra, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/9).
Menurutnya, kebijakan ini harusnya dipertimbangkan kembali karena melihat situasi dan kondisi saat ini, semua elemen masyarakat terdampak dengan menurunnya penghasilan yang disebabkan pandemik Covid-19.
Selain itu, lanjutnya, IPI pada dasarnya adalah nama lain dari uang pangkal, yang nama ini hanya diperhalus saja seolah memudarkan makna dari uang pangkal sendiri. Jadi birokrat sengaja mengganti sebutan uang pangkal.
“Hal ini membuat masyarakat kebingungan. Kemudian, mau tidak mau masyarakat harus membayar iuran tersebut dengan biaya tinggi. Dampaknya, masyarakat berekonomi rendah tidak dapat menjangkau pendidikan tinggi,” pungkasnya.
Sementara itu sampai berita ini rilis, pihak Unsika belum memberikan klarifikasi terkait keluhan tingginya biaya IPI yang disampaikan mahasiswanya.(use/vry)