Oleh: Sarah Adilah (Bandung)
Bermula dari konten video yang dipublikasikan oleh media asal Jerman Deutch Welle (DW) yang mengulas dampak negatif pada anak ketika menggunakan jilbab sejak kecil. Dilansir dari Jurnalgaya, video tersebut juga menyajikan hasil wawancara dengan seorang ibu yang mewajibkan anaknya menggunakan hijab sejak kecil. Setelah itu wawancara beralih kepada pandangan secara psikologis yang dilakukan psikolog dan sosial seperti yang dilakukan oleh feminis muslim. Pada intinya mereka menegaskan bahwa penggunaan hijab sejak dini dianggap sebagai salah satu bentuk pemaksaan orang tua kepada anak.
Ahli Psikologi memandang bahwa penggunaan hijab sejak kecil dapat menghilangkan hak anak untuk memilih apa yang ingin mereka pakai. Psikolog memandang bahwa anak-anak bahkan belum dapat diajak berpikir lebih lanjut untuk memaknai alasan di balik suatu tindakan. Karena usia anak-anak adalah usia yang butuh tuntunan dan masih banyak bergantung kepada orang dewasa.
Setelah video tersebut diunggah, banjir hujatan memenuhi kolom komentar di akun twitter DW Media Indonesia. Banyak netizen yang merasa bahwa konten tersebut bernada negatif yang menyudutkan ajaran menutup aurat bagi seorang muslimah. Pasalnya, sebagian besar netizen memandang perilaku tersebut sebagai bentuk dari pembiasaan kepada anak untuk berbuat kebaikan sedari kecil.
Kritikan muncul, saat konten video yang disajikan pun terkesan tidak berimbang, karena hanya menampilkan pandangan dari ahli psikologi ataupun aktivis dan mengindahkan peranan tokoh masyarakat lain semisal dari ahli agama yang dominasinya kuat untuk memberikan pandangan mengenai fenomena yang berkaitan dengan masalah agama.
Anak-anak merupakan aset orang tua, setiap orang tua pastinya menginginkan yang terbaik untuk sang anak. Setiap orang tua juga menghendaki anak dapat tumbuh dan berkembang tanpa kendala apapun. Tentunya hal ini dapat semakin dapat dipahami, mengingat saat ini arus kerusakan juga semakin deras menyusup di tengah anak-anak, maka membentengi diri adalah hal yang utama untuk menumbuhkan kesadaran tentang bahaya interaksi serta fenomena yang dialami dunia. Anak-anak di masa awal/ early child perkembangannya memiliki karakteristik berpikir konkrit, sehingga peranan dari orang dewasa di sekitarnya penting untuk mengarahkan perilaku mereka dalam mencegah perilaku negatif.