Kemerdekaan bangsa ini tidak terlepas dari peran pemuda sebagai garda terdepan. Peran pemuda mempunyai andil besar dalam merumuskan cita-cita bangsa. Dahulu, pemuda menjadi pelopor persatuan nasional yang dirumuskan ke dalam simbol tanah air, kebangsaan dan bahasa persatuan melalui sumpah pemuda. Teringat motivasi dari Bung Karno yang menyatakan dengan tegas dan lantang: “Berikan aku 1000 orangtua, niscaya akan ku cabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia”. Oleh karena itu, saatnya pemuda harus menjadi pelopor penggerak kemajuan bangsa Indonesia.
Realitasnya, pemuda saat ini mengalami degradasi moral yang dibuktikan dengan adanya kemalasan dalam belajar yang diakibatkan oleh adanya belajar daring, pergaulan bebas yang merajalela seperti narkoba, meminum minuman berakohol, seks bebas, ganja maupun kenakalan remaja lainnya, kecanduan bermain game online, serta penyalahgunaan sosmed seperti pengaruh penggunaan bahasa yang kurang mendidik, hoaks maupun menebar ujaran kebencian dan fitnah. Tentunya hal tersebut tidak sesuai dengan spirit pemuda pendahulu kita. Pemuda harus koheren dengan perkembangan zaman now dalam semangat sumpah pemuda sehingga dapat menyatukan berbagai ragam perbedaan menjadi persatuan secara kreatif. Rasa saling memiliki dan pengakuan terhadap tanah air, bangsa dan bahasa menjadikannya modal utama dalam menyongsong kesadaran dan cita-cita bersama.
Pemuda dan pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan, saling berkaitan maupun berdampak terhadap kemajuan Indonesia Emas 2045. Pemuda tanpa pendidikan bagaikan memakan makanan tanpa ada cita rasa. Pemuda yang berpendidikan bagaikan meminum minuman sirup rasa melon yang manis. Pendidikan yang bermakna yaitu pendidikan karakter. Oleh karena itu, pendidikan karakter sangat vital oleh pemuda untuk menjadi masyarakat yang cerdas dan berkarakter sesuai kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang wajib diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Pemuda juga sebagai penyambung lidah masyarakat yang diartikan agen perubahan untuk bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah. Bersikap kritis sangat diperlukan dibandingkan apatis terhadap kemajuan bangsa. Pemuda yang berpendidikan akan mampu bersikap kritis dengan tidak menyampaikan aspirasi yang anarkis, akan tetapi pemuda yang berpendidikan adalah pemuda yang menyampaikannya secara konstuktif dan solutif.