Saat disinggung terkait pembuatan kerupuk kulit pisang ini, Putri menjelaskan kulit-kulit pisang yang telah terkumpul kemudian disortir dan semuanya dihancurkan. Kemudian, dicampurkan dengan adonan lainnya hingga menjadi adonan seperti dodol. “Kemudian dipotong tipis dan dijemur. Waktu pembuatannya termasuk penjemuran memakan waktu sekitar 5 jam,” ujarnya.
Sebelum seperti sekarang ini, Putri mengaku usaha olahan kulit pisangnya ini sempat mengalami kegagalan saat pertama membuatnya dahulu. Butuh waktu enam bulan, kata Putri, untuk akhirnya mereka dapat menemukan formula yang tepat dalam membuat kerupuk kulit pisang. “Enam bulan itu kami trial error. Setelah itu, Alhamdulillah, orang pada suka dan penjualannya pun banyak. Awalnya saya biasa jual ke teman-teman UKM serta ketika ada perkumpulan-perkumpulan,” katanya.
Saat pertama dijual, Kulpis dibanderol Rp8 ribu. Akan tetapi sekarang sudah berjalan dua tahun harganya mengalami kenaikan menjadi Rp15 ribu untuk kemasan 85 gram. Khusus reseller ada harga khusus. “Dalam sehari itu kami bisa produksi sebanyak 50 kilogram. Tetapi, sekarang berhenti produksi karena cuaca, musim hujan, dan kami produksi banyak saat musim kemarau,” ucapnya.
Selama dua tahun memproduksi Kulpis, Putri mengaku bisa memperkerjakan 11 orang pegawai dengan membagi menjadi dua shif.
Saat ini di musim hujan, Putri berfokus untuk menghabiskan stok yang tersedia sampai Desember. Selanjutnya, pada 2021, dia berkeinginan untuk menembus pasar warung-warung dengan membuat kemasan yang lebih terjangkau, misalnya kemasan kecil. “Sekarang kami sudah kirim ke berbagai wilayah, seperti Cianjur, Bogor, Cirebon, hingga Bandung. Lalu, ada juga ke Pekanbaru dan Padang,” ujarnya.
Kalau ke luar negeri, lanjut Putri, dirinya sudah berhasil menembus pasar Malaysia. “Saat ini kami sedang proses penawaran ke Kanada, Filipina, dan Arab. Alhamdulillah kini keuntungan bersih yang didapatkan mencapai Rp20 juta hingga Rp25 juta per bulan,” ucapnya.(add/sep)