Oleh : Shinta Dewi
Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah
“Pucuk dicinta ulam pun tiba” pepatah itu seolah menggambarkan betapa senangnya masyarakat mendapatkan bantuan sosial berupa uang tunai dan paket sembako. Hal ini cukup bisa dipahami, mengingat masyarakat yang tengah berada pada masa pandemi Covid-19 ini memang sangat memerlukan bantuan. Pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh pada aktivitas bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian. Banyak sekali warga yang kehilangan mata pencaharian dan mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Itu sebabnya masyarakat sangat antusias menantikan bantuan sosial tersebut.
Seperti yang terlihat pada hari Rabu (11/11/2020) di Aula Kantor Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, warga rela mengantri panjang untuk mendapatkan bantuan sosial Pemprov Jabar tahap 3, berupa uang tunai Rp 100 ribu dan 1 kantong paket sembako. (visi.news 11/11/2020)
Bagi masyarakat mengantri panjang bukanlah masalah, mereka rela menjalaninya karena pembagian ini setidaknya dapat membantu mereka untuk menyambung hidup. Walau pada faktanya bantuan itu tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhan mereka, karena nyatanya kebutuhan lain yang tidak kalah pentingnya seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan, menjadi kebutuhan masyarakat yang luput dari perhatian penguasa.
Hal ini mendorong kepedulian sebagian anggota masyarakat untuk membantu sesama. Banyak swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi yang berinisiatif mengumpulkan dan mengkoordinir donasi dari warga yang mampu untuk diberikan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan dan terdampak akibat pandemi Covid-19. Donasi warga ada yang berupa uang tunai, barang, pakaian dan bahan-bahan pokok lainnya. Bahkan ada juga yang membagi-bagikan makanan siap saji. Bantuan-bantuan ini hanya bersifat spontan dan sementara sebagai wujud rasa peduli rakyat dan pemerintah terhadap masyarakat yang tengah dilanda pandemi.
Dari sisi fakta, sesungguhnya berbagai krisis ekonomi yang melanda sebuah negara apalagi pada saat pandemi ini adalah disebabkan karena buruknya distribusi harta di tengah-tengah masyarakat. Lahirnya kesenjangan sosial merupakan imbas dari kezaliman akibat penerapan sistem kapitalis. Sistem ini menjadi penyebab kekayaan pun menumpuk pada segelintir orang. Sementara pada saat yang sama, banyak orang hidup di bawah garis kemiskinan dan mengharap belas kasihan orang kaya yang hampir mustahil mereka dapatkan. Bantuan dari pemerintah tidak dirasakan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat terpaksa harus berjibaku sendiri untuk memenuhi kebutuhannya hingga menghalalkan segala cara. Maka tidak aneh tindak kriminal semakin meningkat sementara perhatian negara semakin menurun.