Memadukan Literasi Religi Dan Teknologi Dalam Pembelajaran Daring Selama Pandemi

Memadukan Literasi Religi Dan Teknologi Dalam Pembelajaran Daring Selama Pandemi
0 Komentar

oleh: 1.Temy Yulianti, S.Pd (Guru MAN 20 Jakarta Timur)

2.Drs.Priyono,MSi(Dosen dan Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Covid-19, sebuah kosa kata baru di pertengahan bulan Maret tahun 2020 yang begitu cepat menyebar secara spasial tanpa mengenal batas geografi dan lekat dengan keseharian kita. Sebuah nama tanpa wujud nyata yang mampu membuat kita tersentak, gagap dan bingung menghadapinya. Hampir semua lini kehidupan manusia terpengaruh kehadiran mahluk yang bentuknya belum pernah kita lihat secara langsung,  namun hanya berupa gambar atau poster baik di media cetak maupun elektronik. Walaupun begitu, sebagian besar percaya akan adanya virus yang bernama corona karena fakta yang ada di hadapan kita sudah nyata, terlepas dari adanya dua kelompok yang mempercayai dan yang tidak.
Dunia pendidikan termasuk lini yang terdampak berarti oleh pandemi ini.  Pertengahan desember nanti, genap sudah sembilan bulan kita menjalani belajar mengajar dengan proses jarak jauh.  yang sebelumnya tidak pernah terjadi . Kaget dan benar-benar membuat siswa jenuh, bahkan ada yang hampir putus asa. Fenomena specific  ternyata dialami oleh hampir seluruh anak di dunia. Survei yang telah dilakukan oleh UNICEF menyatakan bahwa sekitar 87% siswa ingin segera kembali ke sekolah. Ini artinya bahwa belajar dari rumah apalagi berbulan-bulan membuat anak-anak tidak merasa nyaman dan lebih menyukai belajar di sekolah. Hasil survei ini bisa dilihat di situs http://www.unicef.org. Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal, secara logika seharusnya di rumah itu lebih menyenangkan karena bisa bertemu dengan orang tua serta kakak dan adik yang selama ini mungkin sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Banyak faktor yang ternyata menyebabkan para siswa sudah sangat ingin kembali ke sekolah.  Faktor pertama tentu saja, seperti yang kita ketahui bahwa ada tiga gaya belajar siswa. Audio, kinestetik dan visual. Untuk siswa dengan tipe belajar audio mungkin tidak terlalu bermasalah. Jika guru melakukan proses pembelajaran melalui fitur voicenote dalam aplikasi whatsapp, maka ia bisa memahami apa yang dijelaskan. Namun jika siswa dengan tipe belajar visual apalagi kinestetik yang jika dulu di sekolah terbiasa dengan beragam aktifitas untuk mengelola kecerdasannya, maka kemungkinan akan ada  hambatan dalam proses belajarnya.

0 Komentar