Tiang Pancang Peradaban itu adalah Keluarga

Tiang Pancang Peradaban itu adalah Keluarga
0 Komentar

Oleh : Andi Noor Fitrah Syarifin, S.H.I., M.Pd.
Bayty jannaty.(rumahku adalah surgaku) Ungkapan tersebut diucapkan sekitar 15 abad yang lalu oleh rasulullah S.A.W. ungkapan tersebut bukanlah slogan singkat tak bermakna. Tetapi merupakan gambaran keharmonisan keluarga beliau yang dijadikan sebagai representasi “surga” di muka bumi. Keharmonisan, penuh rasa cinta, saling memberi perhatian dan pengertian antar anggota keluarga, taat dan patuh terhadap aturan dan beribadah kepada Allah S.W.T. seperti itulah gambaran keadaan dalam rumah tangga rasulullah yang penuh dengan kedamaian sehingga dengan tegas beliau menyatakan bahwa surga itu ada di dalam rumahnya.
Rumah dan keluarga yang penuh dengan kebahagiaan merupakan sebuah impian setiap orang. Keluarga yang penuh kebahagiaan akan menciptakan sebuah lingkungan pendidikan skala kecil yang mempunyai dampak sangat besar terhadap terbentuknya masyarakat damai dan berkeadaban. Henri Shalahuddin di dalam buku Indahnya Keserasian gender dalam Islam menyampaikan bahwa membangun institusi keluarga adalah setengah agama. Menjaga ketahanan keluarga adalah implementasi dari keimanan. Sedangkan memerangi segala wabah yang mengancamnya adalah bentuk jihad. Dan merawat buah hati yang terlahir darinya adalah bentuk syiar agama.
Islam sebagai agama yang paripurna di dalam memberikan panduan kehidupan umat manusia tentu memperhatikan dan menjadikan pembangunan keluarga sebagai perkara yang penting. Salah satu ayat di dalam Al-Quran menegaskan bahwa menjaga keluarga dari berbagai kerusakan adalah kewajiban. Allah berfirman di dalam QS. At-Tahrim:6 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”
Ayat di atas menjadi landasan konsep keluarga di dalam Islam. Di mana predikat keimanan seseorang harus direalisasikan salah satunya dengan menjaga keluarganya dari segara virus kerusakan dan membina keluarganya agar menjadi keluarga yang penuh dengan nilai-nilai ketuhanan sehingga tercapai predikat keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Predikat sakinah, mawaddah, wa rahmah bukan hanya dicapai dengan terpenuhinya segala kebutuhan sandang pangan, ekonomi yang mapan, anggota keluarga sehat dan terpenuhi semua hajat dan kebutuhannya, tidak terjadinya KDRT, dan lain sebagainya. Tetapi lebih dari itu adalah demi tercapainya kebahagiaan yang hakiki yaitu keluarga yang seluruh anggotanya dapat mencapai kebahagiaan di duni dan akhirat.

0 Komentar