Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Tiga Bank Syariah dikabarkan akan melakukan merger, yaitu Bank Mandiri Syariah, Bank BRI Syariah dan Bank BNI Syariah. Wakil Menteri BUMN II Kartika Wiroatmodjo menyakini, merger bank syariah BUMN akan naik kelas ke Buku IV yang ditargetkan selama satu tahun. Serta akan kebanjiran 13 juta nasabah baru di Bank Syariah BUMN (okezone.com, 9/1/2020).
Menurut Kartika, penggabungan perbankan syariah di Indonesia bisa melompat dalam 5 tahun ke depan menjadi 10 Bank Syariah dengan skala yang besar. Serta bakal menarik investor global untuk berinvestasi ke Indonesia. “Kami sangat optimistis bisa menjadi pemain yang akan mendorong konsolidasi denga core competence syariah yang kuat,” imbuhnya.
Tambahnya,” Pemerintah bakal mengembangkan perbankan syariah ini secara lebih agresif dan lebih tajam dengan meningkatkan pengawasan regulasi. Serta memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan manajemen risiko.”
Mengapa tujuan merger Bank notabene berlabel syariah ini adalah menarik investor global untuk berinvestasi di Indonesia? Kesan yang muncul justru inilah upaya pemerintah membuat mesin ATM baru yang berisi dana segar dan berbau syariah, anti riba. Sekalipun pemerintah kelak akan menjamin pengawasan regulasi, kecukupan likuiditas dan meningkatkan manajemen resiko namun tetap saja ini tak berkorelasi dengan kesejahteraan rakyat secara umum.
Syahwat penguasa berikut pengusaha begitu kuat hingga ketika bank konvensional tak lagi mampu menghasilkan dana segar sesuai target, kini dana kaum Muslim mulai dilirik. Sebenarnya ini bukan awal, masih segar di ingatan bagaimana dana abadi umat untuk ibadah haji dan zakat sudah digadang menteri keuangan atas restu presiden digunakan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur.
Dalam Islam, menabung adalah kegiatan penghambat lancarnya peredaran uang . Padahal ekonomi bisa berjalan lancar jika peredaran keuangan ini sehat. Artinya, rakyat tak akan memikirkan memiliki harta hanya untuk disimpan dengan alasan untuk jaminan kesejahteraannya di masa mendatang. Maraknya bank adalah ulah kapitalisme yang gagal mewujudkan kesejahteraan rakyat individu perindividu. Terlebih diikat dengan kolusi kental, ketakutan rakyat tentang masa depannya dimanfaatkan.