Beginilah wajah demokrasi sekarang. Sebuah paham yang menihilkan kenyamanan dan keamanan. Bahkan negara yang menganut paham ini bertindak intoleran dalam penegakan keadilan. Tajam menyasar ke bawah, tumpul menjerat ke atas. Maka, harapan masyarakat akan kenyamanan dan perlindungan dari negara hanyalah ilusi.
Jika wajah demokrasi demikian buram dari hari ke hari, tidak demikian dengan Islam. Islam bukan sekedar agama bagi pemeluknya melainkan ideologi yang akan mengatur permasalahan umat dengan syariatnya. Ideologi Islam ketika diterapkan dalam sistem pemerintahan Islam akan mengatur urusan umat dalam segala aspek tanpa kecuali. Pemimpinnya dalam sistem ini akan mengurus dan melayani kepentingan publik sesuai arahan syara’ (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Dari akidah hingga uqubat (sanksi).
Syariat Islam yang diterapkan negara bertujuan menjaga akal, keturunan, jiwa, harta dan agama. Maka kepala negara akan bertindak tegas terkait kasus penghilangan nyawa manusia. Seorang pemimpin harus paham betul bahwa  satu nyawa manusia lebih berharga dari hancurnya dunia beserta isinya. Rasulullah telah bersabda sebagaimana diriwayatkan dari al-Barra’ bin Azib :
“Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan hilangnya nyawa seorang mukmin tanpa hak.” (HR. an-Nasai, Turmudzi dan dishahihkan al-Albani)
Mencermati hadits Rasulullah saw. di atas, sepatutnya penguasa yang beriman dan bertakwa akan benar-benar menjaga kehidupan warganya dari kezaliman apalagi jika datangnya dari penguasa itu sendiri. Maka jika hari ini nyawa manusia begitu murah karena pemimpin dalam sistem demokrasi tidak takut Allah Swt. dan azabnya. Sebaliknya, pemimpin dalam sistem ini lebih takut hilangnya jabatan dan kepercayaan investor, baik swasta maupun asing. Ironis.
Terjaganya jiwa manusia adalah sebuah kepastian manakala sistem Islam ditegakkan di tengah umat dengan perlindungan optimal dan maksimal dari pemimpin taat syariat. Wallahu a’lam.