Menghalau Virus Dengan Antibodi Monoklonal

Menghalau Virus Dengan Antibodi Monoklonal
0 Komentar

Untuk memperbanyak klon dapat dilakukan melalui teknik kultur atau teknik ascites. Teknik yang biasanya digunakan yaitu teknik kultur. Teknik ini menggunakan chamber fermentasi untuk memproduksi antibodi dalam skala besar. Klon yang telah diperbanyak tersebut selanjutnya dilakukan purifikasi, untuk menghilangkan campuran atau substansi lain selain antibodi (Greenfield, 2014; Sacita, dkk, 2015; Tabll, dkk, 2015)
Pengembangan antibodi monoklonal harus melewati beberapa pengujian terlebih dahulu hingga nantinya bisa digunakan oleh manusia. Berbagai penelitian sudah banyak dilakukan,. Namun sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan MERS. Penelitian-penelitian sebelumnya mencoba untuk membuat antibodi penetral yang dapat menargetkan RBD (Receptor Binding Domain) dari Spike protein (protein lonjakan) MERS CoV.  Namun pada penelitian Widjaja dkk (2019) mereka mencoba untuk mencari solusi dari permasalahan MERS dengan cara mengembangkan antibodi monoklonal yang menargetkan epitope dan mengganggu tiga fungsi entri penting dari spike protein virus. Fungsi tersebut diantaranya yaitu dalam pengikatan asam sialat,  pengikatan reseptor, dan fusi membran.
Penelitian tersebut menggunakan tikus H2L2 transgenik yang sudah mengkode antibodi manusia. Dari hasil skrining, dihasilkan 6 kelompok epitope yang ditargetkan oleh 8 antibodi monoklonal manusia. Berdasarkan aktivitas netralisasi antibodi monoklonal terhadap anti-MERS diketahui bahwa epitope kelompok I yang ditargetkan oleh antibodi monoklonal 7.7g6, 1.6f9, dan 1.2g5 menunjukan aktivitas penetralan yang paling kuat. Antibodi ini menargetkan domain pengikat reseptor S1B dari spike protein MERS-CoV dengan cara memblokir ikatan reseptor. Berdasarkan uji penghambatan hemaglutinasi dapat diketahui bahwa antibodi monoklonal 1.10f3 yang menargetkan epitope kelompok IV mengganggu ikatan asam sialat. Berdasarkan uji fusi sel,  epitope kelompok V yang ditargetkan oleh antibodi monoklonal 1.6c7 dan kelompok VI yang ditargetkan oleh antibodi monoklonal 3.5g6 dapat menghambat proses fusi dengan mencegah perubahan konformasi pada sub unit S2 dari spike MERS-CoV yang diperlukan untuk fusi.
Pada kesimpulan dari penelitian ini, delapan antibodi monoklonal manusia mampu mengganggu tiga fungsi penting yang telah disebutkan di awal. Selain itu, antibodi yang digunakan sepenuhnya adalah antibodi manusia yang memiliki keuntungan penting yaitu dapat digunakan beberapa kali pada sel inang yang sama tanpa menimbulkan respon imun. Berdasarkan penelitian tersebut, antibodi  pada penelitian ini telah terbukti melindungi tikus dari MERS meskipun pada dosis yang rendah. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pengembangan pengobatan penyakit MERS. (*)

Laman:

1 2
0 Komentar