Rianny Puspitasari
(Ibu Rumah Tangga dan Pendidik)
Kreatif. Satu hal yang perlu dikembangkan untuk mendapatkan hal yang baru agar berbeda dengan orang lain. Kreatifitas jika diterapkan pada hal yang positif tentu akan menjadi baik dan memberi nilai tambah. Namun, apa jadinya jika kreatifitas ini digunakan untuk hal yang negatif? Tentu akan menjadi sesuatu yang buruk dan dipandang tidak baik karena bukan memberi nilai tambah, namun malah sebaliknya.
Pilkada baru saja digelar, namun menyisakan sejumlah masalah yang tak bisa diabaikan. Banyak terdengar berita kecurangan, ketidakjujuran, bahkan money politic. Meski tidak sedikit yang membantah, namun seolah hampir selalu menghantui di setiap penyelenggaraan Pemilu. Sangat disayangkan, Pemilu yang seharusnya jujur, adil dan berimbang menjadi ternoda akibat oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.
Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Bandung saat ini sedang menangani laporan dugaan politik uang dalam Pilkada Kabupaten Bandung dengan modus baru. Modus dalam kasus tersebut adalah membagikan kupon bergambar salah satu pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bandung. Kupon bernilai Rp.35.000 tersebut itu bisa digunakan untuk berbelanja di warung-warung yang telah ditentukan. Kupon ini beredar di 4 kecamatan, namun tidak menutup kemungkinan ada juga di kecamatan lain. (ayobandung.com, 2/12/20)
Masyarakat awam tentu tidak akan menolak jika diberi kupon bernilai secara gratis. Terlebih dalam kondisi pandemi yang serba sulit ini. Maka, kupon belanja gratis yang diterima masyarakat seakan angin segar di tengahnya teriknya kesulitan hingga tak peduli lagi sebenarnya ini adalah bentuk lain dari money politic atau politik uang.
Politik uang sepertinya tak bisa lepas dari pesta demokrasi berlabel pilpres ataupun pilkada, bahkan menjadi momen terpenting meraup suara rakyat dengan beragam program yang ditawarkan saat kampanye. Banyak sisi kehidupan masyarakat ditelisik agar dukungan menduduki kursi jabatan terpenuhi. Apapun caranya akan dilakukan meski harus menyiapkan ribuan amplop.
Itulah  wajah lain demokrasi. Wajah yang senantiasa mendewakan materi dalam meraih tujuan, tanpa peduli halal ataupun haram. Wajah ini pula yang diperlihatkan pemimpin negeri saat manut pada aturan main segelintir pemodal hingga tak urung membawa intervensi hampir di semua kebijakannya.